Mantan Suami Nita Thalia Alami Komplikasi, Pasien Covid-19 Berisiko DBD

Sabtu, 16 Januari 2021 | 19:05 WIB
Mantan Suami Nita Thalia Alami Komplikasi, Pasien Covid-19 Berisiko DBD
Nita Thalia bersama mantan suami, Nurdin Rudythia. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan suami Nita Thalia, Nurdin Rudythia, meninggal akibat komplikasi penyakit demam berdarah dengue (DBD), Covid-19 dan gagal ginjal.

Mendiang meninggal di Rumsah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Utara, pada Jumat (15/1/2021) malam.

"DBD, Covid-19, sakit gagal ginjal," kata pengacara Dedy J Syamsudin, kepada Suara.com, Sabtu (16/1/2021).

Pada tahun lalu, Tim Komunikasi Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa kasus DBD meningkat di Indonesia di tengah masa pandemi.

Baca Juga: Satgas Covid-19: Lonjakan Kasus Corona di Jabar Merupakan Data Lama

Tingginya kasus DBD dan Covid-19 memungkinkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 juga berisiko terinfeksi DBD.

Unggahan penyanyi Nita Thalia saat mantan suaminya wafat [Instagram: nitatalia.real].
Unggahan penyanyi Nita Thalia saat mantan suaminya wafat [Instagram: nitatalia.real].

Karenanya, dr. Reisa mengimbau masyarakat untuk membasmi sarang nyamuk dan nyamuk yang dapat dimulai dari rumah masing-masing.

Ia juga menjelaskan bahwa gejala DBD tidak langsung terlihat dan membutuhkan waktu empat hingga 10 hari untuk muncul.

"Gejala paling umum adalah demam tinggi hingga 40 derajat Celsius disertai tubuh menggigil berkeringat, sakit kepala, nyeri tulang, mual, muncul bitnik merah-merah di kulit hingga perdarahan pada hidung dan gusi,” katanya, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan.

Dr. Reisa menambahkan bahwa DBD dapat berkembang menjadi kondisi berat dan gawat. Ini disebut dengue shock syndrome.

Baca Juga: Terus Melonjak, Kasus Covid-19 di Indonesia Bertambah 14.224 Kasus

Gejala dari kondisi tersebut adalah muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh, demam menjadi dingin atau hipotermia, serta melambatnya denyut jantung.

Dr. Reisa juga mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada obat untuk DBD. Pemberian obat hanya untuk mengurangi gejalanya dan mencegah komplikasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI