Bukan Lagi di RS, Prof Zubairi Ungkap Lokasi Lain Nakes Terpapar Corona

Jum'at, 15 Januari 2021 | 12:30 WIB
Bukan Lagi di RS, Prof Zubairi Ungkap Lokasi Lain Nakes Terpapar Corona
Ilustrasi: Bukan Lagi di RS, Prof Zubairi Ungkap Lokasi Lain Nakes Terpapar Corona (Dok. Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Angka tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19 terus bertambah. Hingga 13 Januari 2021, ada 594 tenaga kesehatan atau nakes yang meninggal dunia karena terinfeksi virus corona jenis baru tersebut.

Awalnya, ruang ganti, kualitas dan ketersediaan stok alat pelindung diri atau APD dianggap sebagai penyebab banyaknya nakes yang terinfeksi dan gugur akibat Covid-19. 

Namun menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Prof. Zubairi Djoerban, saat ini alasan tersebut sudah tak lagi berdasar.

"Tapi hal ini sudah ditanggulangi dan dokter jadi jauh lebih hati-hati. Termasuk soal APD. Sekarang, hampir semua APD untuk dokter punya standar yang bagus," ujar Prof. Zubairi melalui cuitannya di Twitter, dikutip Suara.com, Kamis (15/1/2021).

Baca Juga: Raffi Ahmad Minta Maaf, Pimpinan DPR: Bagus Kalau Sudah Menyadari Kesalahan

Dibanding awal pandemi, menurut Prof. Zubairi para nakes termasuk dokter sudah lebih sadar dan disiplin saat proses pemakaian dan pelepasan APD.

Ia menduga ada beberapa faktor yang membuat nakes termasuk dokter tertular Covid-19, salah satunya dari sopir pengantar dokter.

"Misalnya tertular dari driver. Ada sejawat saya yang tertular dari mereka. Terlihat sepele memang. Tapi ada baiknya driver ini memakai face shield dan masker. Meskipun driver itu sudah lama bekerja dengan kita dan bisa dipercaya, tetap saja harus prokes ketat," jelas Prof. Zubairi.

Profesor Zubairi juga berasumsi kebiasaan menggunakan kendaraan umum juga berpengaruh.

"Bagi dokter dan nakes yang memakai kendaraan umum, juga harus pakai proteksi dobel: masker dan face shield. Karena pada jam sibuk, seperti KRL, ya penuh. Susah untuk berjarak. Ini riskan juga untuk mereka dan masyarakat yang didekatnya," terang Profesor Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

Baca Juga: Update Covid-19: Fluktuatif, Angka Kesembuhan Harian di Denpasar Bertambah

Profesor yang berpraktik di RS Kramat 128 itu sangat berharap Indonesia tidak lagi kehilangan para nakes, yang sangat dibutuhkan dalam penanganan pandemi Covid-19.

"Syukurnya ada rencana 4 ribu dokter yang sudah lulus akan diberi izin khusus untuk bantu tangani Covid-19. Tapi masih rencana," ungkapnya.

"Bismillah tambahan tenaga itu terealisasi. Sehingga, sembari melakukan vaksinasi, ada tenaga baru yang membantu, dan ancaman burnout syndrome tidak sampai terjadi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI