Suara.com - Operasi bedah jantung bukan hanya bisa dialami oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Hanya saja pemicunya berbeda.
Dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular dr. Achmad Faisal. Sp.BTKV., menjelaskan bahwa pembedahan jantung pada orang dewasa kebanyakan diakibatkan penyakit jantung koroner.
"Di mana aliran darah yang mendarahi jantung melalui pembuluh arteri koronaria atau pembuluh darah jantung itu tersumbat," jelasnya saat siaran langsung pada radio kesehatan Kementerian Kesehatan, Senin (11/1/2021).
Selain itu, pemicu bedah jantung pada orang dewasa juga bisa dilakukan untuk mengoreksi atau penggantian katup jantung yang rusak.
Baca Juga: Beda dengan Lemak Putih, Lemak Cokelat Justru Melindungi dari Sakit Kronis
Berbeda dengan yang dialami anak-anak, Dokter Faisal mengatakan, kebanyakan pembedahan dilakukan bertujuan untuk koreksi kelainan jantung akibat fungsi kolateral yang bermasalah.
"Seperti adanya kebocoran sekat jantung, kebocoran sekat katup, ataupun kelainan kolateral lain yang lebih berat," katanya.
Ia mencontohkan, kelainan kolateral yang lebih berat bisa terjadi ketika seseorang memiliki dua pembuluh darah pada satu ruang jantung.
"Itu kelainan jantung yang sangat komplek bisa terjadi pada anak. Intinya kalau pada anak kita sebut bedah jantung kongenital atau pediatrik, itu lebih kepada koreksi," jelasnya.
Sebelumnya, selama pembedahan dilakukan, dokter Faisal menjelaskan bahwa tugas jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh akan digantikan sementara oleh mesin.
Baca Juga: Perubahan Detak Jantung Gejala Covid-19 dan Berita Terpopuler Lainnya
"Itulah fungsi dari mesin jantung paru, selama masa operasi aliran darah atau fungsi jantung diambil alih mesin," katanya.
Menurutnya, seiring berkembangnya teknologi alat medis, keberhasilan bedah jantung juga meningkat. Jauh berbeda dibandingkan sekitar tahun 1960-an saat awal bedah jantung ada di Indonesia, tetapi masih minim fasilitas dan teknologi.
"Awal tahun 60-an sejarah bedah jantung di Indonesia, pada awal berdiri mereka banyak pasien yang alami kegagalan. Karena memang teknologi saat itu di Indonesia masih sangat minim, kurangnya fasilitas juga pada saat itu," ujar dokter di Rumah Sakit Harapan Kita itu.