Canggih, Dokter Indonesia Berhasil Lakukan 3D Mapping System Kasus Aritmia

Risna Halidi Suara.Com
Sabtu, 09 Januari 2021 | 17:37 WIB
Canggih, Dokter Indonesia Berhasil Lakukan 3D Mapping System Kasus Aritmia
Ilustrasi jantung manusia (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Aritmia sendiri merupakan kondisi jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau bahkan tidak teratur.

Sayangnya efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat.

Selain itu, obat-obatan anti-aritmia juga sering memiliki efek tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya.

Namun pada beberapa dekade terakhir, banyak pasien yang menderita aritmia yang memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat.

Baca Juga: Perubahan Detak Jantung Gejala Covid-19 dan Berita Terpopuler Lainnya

Tindakan ini merupakan tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang.

Di Indonesia, dr Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K) dari Heartology Cardiovascular Center pernah melakukan tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system pada seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun.

"Pasien ini menderita gangguan aritmia fibrilasi atrium atau FA. FA adalah gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan di dunia. Di Indonesia saat ini, FA diperkirakan diderita oleh lebih dari 2 juta orang," kata Sunu seperti yang Suara.com kutip dari siaran pers, Sabtu (9/1/2021).

Penderita FA sendiri dianggap memiliki risiko stroke sampai lima kali lipat lebih tinggi dibanding pasien yang bukan FA. Selain itu, derajat keparahan stroke pasien FA juga lebih tinggi.

Sejauh ini obat-obat sudah dikonsumsi maksimal oleh pasien tersebut, namun penyakitnya belum teratasi. Oleh karena itu, pasien ini perlu dilakukan tindakan kateter ablasi untuk menghilangkan sumber aritmianya," tambah Sunu.

Baca Juga: Cara Ketahui Covid-19 Lewat Detak Jantung

Ia melanjutkan, Fibrilasi Atrium merupakan salah satu jenis aritmia yang kompleks. Sumber aritmia utama berasal dari ke-empat vena pulmonalis yang berada di atrium atau serambi jantung sebelah kiri.

Kompleksitasnya terutama terletak pada banyaknya titik/sumber aritmia yang harus dihilangkan (di-ablasi), sehingga tingkat kekambuhan tindakan ablasi FA berkisar 25-30% setahun pascatindakan.

Karena itu, teknologi HD Grid 3D Mapping system yang digunakan dianggap memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, termasuk FA.

"Paradigma lama menggunakan kateter bipolar , sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar."

Selain itu, teknologi pemetaan tersebut juga menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi.

Hal ini, kata Sunu, dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi tersebut mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10 persen setahun pascatindakan, atau artinya 5 sampai 6 kali lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama.

"Tidak banyak rumah sakit yang memiliki teknologi ini, karena hanya sedikit Dokter Spesialis Jantung yang memiliki sub spesialisasi ini."

Masalah Aritmia

Aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner. Namun pada beberapa kasus, penyebab aritmia masih belum diketahui.

Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA.

Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik.

Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke, bahkan kematian jantung mendadak.

Ada beberapa jenis aritmia yang sering dijumpai, yaitu:

  • Fibrilasi atrium (FA), yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur.
  • Blok nodus sinus atau blok atrioventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat.
  • Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat dan teratur.
  • Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut normal.
  • Ventrikel takikardia/fibrilasi, yaitu kondisi ketika bilik jantung berdenyut sangat cepat bahkan hanya bergetar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI