Suara.com - Sejumlah acara televisi menampilkan artis dan publik figur yang hanya menggunakan face shield tanpa masker.
Melihat fenomena tersebut, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mengingatkan bahwa prosedur itu berbahaya dan tetap berisiko menularkan virus Corona karena tidak memakai masker.
"Saya juga beberapa kali lihat, acara-acara di televisi tidak pakai masker. Hanya face shield. Ini berbahaya," ujar Prof. Zubairi dalam cuitannya di twitter dikutip suara.com, Sabtu (9/1/2021).
Meskipun sebelum acara diklaim sudah dilakukan tes rapid antigen, namun tetap saja kualitas tesnya masih dibawah tes Covid-19 dengan polymerase chain reaction (PCR), sebagai tes untuk penegakkan diagnosa Covid-19.
Baca Juga: Aturan Diperpanjang, Tak Boleh Nelpon dan Ngobrol dalam Kendaraan Umum
"Oke, mungkin dilakukan rapid test antigen sebagai screening. Tapi tetap ada peluang false negative (hasil negatif padahal sebetulnya terinfeksi). Ini harus dimonitor," sambung Prof. Zubairi.
Profesor Spesialis Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas (FKUI) itu mengingatkan jika Covid-19 menular melalui droplet atau percikan air liur yang bahkan bisa menyebar di udara, khususnya jika berada di ruangan tertutup.
Sehingga hanya bermodalkan face shield tanpa masker, droplet kecil bisa berterbangan dari sisi kanan, kiri dan bawah face shield lalu terhisap hidung dan mulut.
"Kalau merasa aman dengan pakai face shield saja tentu tidak bisa dibenarkan. Proteksi dobel akan lebih baik. Yaitu dengan face shield dan masker. Ingat, penularan korona kan lewat airborne. Jangan meremehkan. Apalagi di ruangan tertutup dalam waktu lama. Itu amat berisiko," pungkasnya.
Beberapa waktu lalu mantan Juru Bicara Satgas Covid-19, Achmad Yurianto juga pernah mengemukakan pendapat serupa. Bahkan lelaki yang akrab disapa Yuri itu mengupamakan masker sebagai jas hujan, dan face shield selaiknya payung.
Baca Juga: Kewajiban Rapid Test Antigen Saat Bepergian Tak Berlaku untuk Anak
"Cuma pakai face shield nggak pakai masker tetap aja (tidak efektif), sama seperti pakai payung bisa kecipratan air dari samping dan bawah air hujan. Pakai face shield dan masker itu baru yang maksimal," tegas Yuri beberapa waktu lalu.
Bukti lain juga diungkap dalam sebuah video simulasi yang diterbitkan Jurnal Physics of Fluids, mensimulasikan orang dengan kepala manekin yang dihubungkan ke mesin uap dari air dan gliserin. Lalu, mulut manekin akan mengeluarkan uap saat pompa bekerja seolah orang yang sedang batuk, maupun saat berbicara normal.
Saat manekin batuk menggunakan face shield, memang droplet akan berbelok ke bawah. Tapi beberapa saat tetesan droplet yang kecil akan melayang ke udara dan menyebar ke berbagai sisi sejauh 0,9 meter ke depan dan ke samping manekin. Bahkan di beberapa kasus tetesan juga menyebar ke belakang, bukan ke depan.
"Simulasi ini menunjukkan bahwa face shield dan masker dengan katup mungkin tidak seefektif masker wajah biasa dalam membatasi penyebaran tetesan aerosol," terang peneliti, mengutip situs Live Science.