Suara.com - Tingginya peningkatan kasus Covid-19 di Eropa membuat kebutuhan akan vaksin semakin meningkat.
Atas dasar tersebut, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan pada Jumat (8/1/2021) bahwa Uni Eropa telah setuju untuk menggandakan jumlah vaksin Covid-19 yang dibeli dari perusahaan bioteknologi BioNTech/Pfizer.
Dengan kontrak baru, UE akan membeli 200 juta dosis lagi dengan opsi tambahan 100 juta dosis, di luar 300 juta dosis yang sudah dibeli sebelumnya.
Von der Leyen mengatakan 75 juta dosis akan tersedia pada kuartal kedua tahun ini dan sisanya pada kuartal ketiga dan keempat.
Baca Juga: Biar Warga Percaya, 4 Pejabat Forkopimda Kota Malang Mau Divaksin Pertama
"Tanpa berinvestasi dalam membangun kapasitas kami sejak dini, kami tidak akan bisa menggandakan jumlah vaksin," ujar dia, dilansir Anadolu Agency.
Presiden Komisi Eropa itu juga mengatakan bahwa UE membuat perjanjian dengan enam perusahaan farmasi, yaitu Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, CureVac, Johnson & Johnson, dan Sanofi/GlaxoSmithKline.
"Jika semuanya efektif, 2,3 miliar vaksin akan tersedia. Ini lebih dari cukup bagi kami. Kita seharusnya tidak hanya memikirkan diri kita sendiri tetapi negara lain yang membutuhkan dukungan kita," tambah dia.
Kesepakatan vaksin baru tersebut masih harus mendapat persetujuan negara-negara anggota Uni Eropa.
Reaksi Alergi Vaksin Pfizer
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Halal dan 4 Berita Kesehatan Terpopuler Lainnya
Seorang dokter di Mexico bernama Karla Cecilia Perez langsung lumpuh setelah menerima vaksin Covid-19. Hal ini diduga karena reaksi alergi terhadap salah satu bahan yang terkandung dalam suntikan.
Menyadur BC Focus Kamis (07/01), Karla langsung mengalami memar, kram, lemah dan gangguan masalah pernapasan dalam waktu singkat. Tak lama, dokter berusia 32 tahun itu menunjukkan gejala kelumpuhan.
Karla juga diketahui memiliki alergi terhadap antibiotik sebelum vaksinasi. Dokter ini telah menderita efek samping yang sama parahnya dari antibiotik ini.
Karla kemudian didiagnosis radang otak dan sumsum tulang belakang (encephalomyelitis) dan kondisinya kini membaik setelah diobati. Kementerian Kesehatan Meksiko langsung menyelidiki kasus ini secara mendalam.
Lebih lanjut, kementerian mengatakan pihaknya tak menentang vaksinasi tapi penelitian yang lebih mendalam dibutuhkan terkait hal ini.
"Kami tidak mengklaim kelumpuhan ini disebabkan oleh vaksin. Diperlukan penelitian untuk mengonfirmasi hal ini," jelas pihak kementerian.
Keluarga Karla, Carlos mengatakan pihaknya tak akan menghalangi orang lain untuk menerima vaksinasi tapi mereka menyarankan untuk lebih berhati-hati.
"Seluruh kasusnya (perlu) diinvestigasi sehingga insiden seperti itu dapat dihindari di masa mendatang," ujarnya.