Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjanjikan negara-negara miskin di dunia dapat menerima dosis vaksin Covid-19 pertama antara akhir Januari dan pertengahan Februari 2021.
Sementara itu, vaksinasi sudah dilakukan di beberapa negara terkaya di dunia. Termasuk Amerika Serikat, Inggris, negara-negara Uni Eropa, dan Kanada.
COVAX, upaya pengadaan dan distribusi vaksin yang dikumpulkan secara global, telah mencapai kesepakatan untuk mengamankan 2 miliar dosis, dan yang pertama akan mulai diluncurkan dalam beberapa minggu ke depan, kata kepala vaksin WHO Kate O'Brien.
Ditanya mengenai seberapa cepat negara-negara Afrika berpenghasilan rendah akan mendapatkan vaksin, O'Brien mengatakan bahwa negara tersebut memiliki akses ke lebih dari 2 miliar dosis vaksin.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sudah Dikirim, Erick Thohir Ingatkan Ini ke Kepala Daerah
“Kami akan mulai mengirimkan vaksin tersebut mungkin pada akhir Januari. Jika tidak, pasti pada awal Februari dan pertengahan Februari. Begitulah cara negara-negara di Afrika, Asia Selatan, dan negara-negara lain di seluruh dunia dari 92 negara yang kurang mampu membeli vaksin, sebenarnya akan mendapatkan vaksin," katanya dikutip dari Channel News Asia.
WHO memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer-BioNTech pada 31 Desember 2020 dan membuka jalan bagi otoritas pengawas obat setiap negara di dunia untuk segera memberikan persetujuan atas impor dan distribusinya.
Menurut gambaran umum WHO tentang kandidat vaksin, 63 telah diuji pada manusia, 21 di antaranya mencapai pengujian massal tahap akhir. Sebanyak 172 kandidat vaksin sedang dikembangkan di laboratorium dengan tujuan untuk uji coba pada manusia.
"Kami sedang meninjau secara aktif data tentang vaksin lain dan kami berharap untuk menggunakan daftar penggunaan darurat vaksin tambahan dalam beberapa minggu mendatang dan bulan depan. Kami memiliki 15 pabrikan yang diyakini telah memiliki data yang diperlukan untuk memenuhi standar tertinggi ini," kata O'Brien.
Baca Juga: Inilah Tiga Kelompok Besar Penerima Vaksin Covid-19 Pertama