86 Persen Pasien Covid-19 Gejala Ringan Kehilangan Indra Perasa dan Pembau

Jum'at, 08 Januari 2021 | 08:19 WIB
86 Persen Pasien Covid-19 Gejala Ringan Kehilangan Indra Perasa dan Pembau
Ilustrasi Kehilangan Indra Perasa dan Pembau (Pixabay/mohamed_hassan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kehilangan indra pengecap dan pembau termasuk gejala ringan infeksi Covid-19 yang paling banyak banyak terjadi. Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 2.500 pasien di 18 rumah sakit Eropa dan diterbitkan pada Journal of Internal Medicine, para peneliti menemukan bahwa sekitar 86 persen orang dengan kasus Covid-19 ringan mengalami kehilangan indra perasa dan penciuman mereka.

"(Disfungsi penciuman) lebih umum terjadi pada gejala Covid-19 ringan daripada gejala sedang hingga kritis," kata para peneliti dalam penelitian tersebut.

Para peneliti juga mencatat, 75-85 persen dari mereka yang kehilangan indra perasa dan pembau bisa kembali normal dalam dua bulan setelah terinfeksi. Sementara 95 persen pasien mendapatkan kembali kemampuan untuk mengecap dan mencium bebauan setelah enam bulan.

Diperkirakan 5 persen pasien masih belum mendapatkan kembali fungsi kedua indra tersebut dalam waktu enam bulan. Sebagai perbandingan, hanya sekitar 4 hingga 7 persen dari pasien Covid-19 yang bergejala sedang hingga parah mengalami kehilangan rasa dan penciuman.

Baca Juga: Lonjakan Pasien Covid-19 Tinggi, Pemkot Metro Tambah Ruang Isolasi

Menariknya, para peneliti juga menemukan bahwa pasien Covid-19 yang lebih muda cenderung kehilangan indra perasa dan penciuman dibandingkan dengan pasien yang lebih tua. Tetapi penyebab di balik itu masih dibutuhkan analisis lebih lanjut, kata peneliti.

Sedangkan mengenai penyebab pasien dengan gejala ringan lebih mungkin kehilangan indra pengecap dan pembau, para peneliti telah memiliki jawabannya.

“Hipotesis utama yang mendasari prevalensi anosmia yang lebih tinggi pada Covid-19 ringan akan terdiri dari perbedaan dalam respon imun terhadap infeksi pada pasien ringan dan sedang hingga kritis. Dalam hipotesis ini, pasien dengan Covid-19 ringan bisa lebih baik respons imunologi lokal melalui produksi IgA lebih tinggi, yang dapat membatasi penyebaran virus ke dalam organisme. Oleh karena itu, penyebaran virus yang terbatas di tubuh inang dapat dikaitkan dengan bentuk klinis ringan dari penyakit tersebut," tertulis dalam jurnal tersebut, dikutip dari Fox News.

Namun pada kesimpulannya, penelitian masih diperlukan untuk menentukan tingkat pemulihan jangka panjang yang dialami pasien Covid-19.

Baca Juga: Sir Patrick Duga Mantan Pasien Covid-19 Kebal dari Varian Baru Virus Corona

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI