Jarang Dapat Sorotan, Bagaimana Kabar Perkembangan Vaksin Merah Putih?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 07 Januari 2021 | 12:05 WIB
Jarang Dapat Sorotan, Bagaimana Kabar Perkembangan Vaksin Merah Putih?
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat ini pemerintah disebut telah melakukan distribusi vaksin Covid-19 Sinovac ke berbagai daerah di Indonesia. Rencananya pemerintah akan mulai melakukan vaksinasi pada pekan depan.

Tapi, di tengah persiapan untuk melakukan vaksinasi ada satu produk buatan dalam negeri yang justru jarang dapat sorotan. Vaksin itu ialah vaksin merah putih. Lantas, bagaimana perkembangannya sekarang?

Dikutip dari ANTARA, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan pengembangan vaksin Merah Putih sudah mencapai kemajuan 60 persen dari skala laboratorium.

"Kalau dihitung persentasenya sekitar 60 persen ya dalam arti kita masih dalam proses untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi protein rekombinan yang sudah kami desain, itu akan dihasilkan oleh sel mamalia maupun sel ragi," kata Kepala Eijkman Amin Soebandrio kepada ANTARA, Jakarta, Rabu.

Baca Juga: Bakal Diberlakukan Kembali, PSBB Ketat di Tanah Air per 11 Januari

Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK(K), Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, bicara tentang virus Corona Covid-19. (Suara.com/Frieda Isyana)
Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK(K), Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, bicara tentang virus Corona Covid-19. (Suara.com/Frieda Isyana)

Amin menuturkan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan, bibit vaksin Merah Putih akan diserahkan ke PT Bio Farma dalam kurun waktu hingga Maret 2021.

Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman berbasis subunit protein rekombinan dan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia.

Amin mengatakan jika protein rekombinan berhasil diperoleh dari sistem ekspresi, maka dapat dilanjutkan ke tahap uji praklinis pada hewan.

"Setelah (mengisolasi dan mengkarakterisasi protein rekombinan) itu selesai maka akan dilakukan uji pada hewan dan setelah itu baru diserahkan ke Bio Farma," tuturnya.

Menurut Amin, uji praklinis pada hewan membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua bulan.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Pertama di Belanda, Penerimanya Perawat di Panti Jompo

Dia mengatakan dalam pengembangan vaksin tersebut, tantangan yang dihadapi adalah karena bekerja dengan sel maka harus berhadapan dengan kondisi ada sel yang tumbuh dengan cepat dan ada yang lambat. Sehingga prosesnya harus diikuti secara menyeluruh hingga diperoleh protein rekombinan yang ditargetkan.

Setelah bibit vaksin diserahkan ke PT Bio Farma, maka PT Bio Farma akan memformulasikan bibit vaksin agar bisa disiapkan untuk uji klinis pada manusia.

Amin menuturkan uji klinis fase satu pada manusia akan bisa dilakukan pada trimester kedua tahun 2021.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI