Varian Baru Virus Corona Kebal Terhadap Vaksin yang Dikembangkan, Benarkah?

Kamis, 07 Januari 2021 | 11:51 WIB
Varian Baru Virus Corona Kebal Terhadap Vaksin yang Dikembangkan, Benarkah?
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan khawatir varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan kemungkinan membawa perubahan yang bisa membuat sebagian virus kebal terhadap vaksin Covid-19.

Pengaruh terhadap efektivitas vaksin itu tergantung dengan mutasi yang dilakukan virus dan bagaimana pengaruhnya terhadap bentuk juga fungsi virus. Semua vaksin Covid-19, yang kebanyak telah selesai diteliti, menargetkan protein lonjakan, yakni struktur yang digunakan virus untuk masuk ke dalam sel tubuh yang diserangnya.

"Protein ini kebetulan sangat penting," kata Dr. Buddy Creech, spesialis penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center yang membantu memimpin uji klinis vaksin virus corona di sana.

Menurut Creech, protein lonjakan termasuk bagian virus yang sangat mudah dikenali. Vaksin yang sedang dikembangkan semuanya bertujuan untuk melatih tubuh agar mengenali struktur itu dan menyerangnya.

Baca Juga: Sebut Vaksinasi Corona Abaikan Prokes, PKS: Rakyat Makin Ngeri Divaksin

Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pearson0612/Pixabay]
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pearson0612/Pixabay]

Tetapi, mutasi yang mengubah tampilan protein lonjakan dapat membuat virus SARS Cov-2 itu bersembunyi dari antibodi yang menempel pada virus dan menghentikannya menempel ke sel, serta sel T yang menyerang virus.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC berharap untuk menggandakan jumlah sampel virus corona yang diperiksa untuk mutasi baru.

"Mungkin ada mutasi pada protein lonjakan yang mengubahnya dengan cara membuat antibodi kami tidak sebaik itu. Kami belum melihat itu terjadi," kata Creech kepada CNN.

Ada kekhawatiran bahwa serangkaian mutasi yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dapat membantu virus corona menghindari vaksin. Tetapi bukti sekarang menunjukkan bahwa sementara mutasi tersebut tampaknya membuat virus lebih menular.

Namun, varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan sedikit lebih mengkhawatirkan. Sebab memiliki mutasi di satu tempat tertentu pada protein lonjakan, disebut E484 oleh ahli genetika virus, yang mempengaruhi apakah sistem kekebalan dapat menetralkan virus.

Baca Juga: Putin dan Kanselir Jerman Kerjasama Pembuatan Vaksin

Beberapa penelitian menemukan mutasi virus corona Afrika Selatan dapat mengurangi aktivitas netralisasi sebanyak 10 kali lipat.

Meski begitu  Creech mengatakan bahwa virus benar-benar tidak mampu untuk bermutasi terlalu banyak.

"Jika berubah terlalu banyak, ia tidak bisa mengikat ke permukaan sel sekarang dan itu bukan lagi sekadar virus yang baik," katanya.

Tetapi respons sistem kekebalan manusia yang kompleks mungkin masih memungkinkan tubuh memblokir virus dari berbagai arah lain. Meskipun mutasi dapat menggagalkan antibodi yang berfokus pada bagian tertentu dari protein lonjakan tersebut, mutasi tidak akan memengaruhi antibodi yang dilatih untuk mencari bagian lain dari virus.

"Ini dianalogikan dengan kunci dan gembok. Jika gembok itu berubah, mungkin kuncinya tidak bisa masuk," kata Scott Hensley, pakar imunologi dan biologi molekuler di University of Pennsylvania.

Kondisi itu yang diketahui para ahli mengenai varian baru virus corona yang ditemukan di AS, tambah Hensley.

"Tapi bayangkan ini bukan sebagai satu pintu ke dalam sebuah ruangan, tetapi 10 pintu yang berbeda. Akan ada sembilan kunci lain yang bisa membawamu ke ruangan. Itu karena orang biasanya membuat lebih dari satu jenis antibodi untuk melawan virus," paparnya.

Sistem kekebalan manusia rumit dan kemungkinan sebagian besar memiliki antibodi terhadap berbagai sasaran, kata Hensley. Creech dan Hensley setuju ada solusi yang jelas untuk mengalahkan potensi mutasi pada virus.

"Hal terpenting yang dapat kami lakukan adalah mendorong vaksinasi," kata Hensley.

"Mari kita hentikan virus ini di jalurnya. Jika kita bisa secara ajaib mendapatkan 60-70 persen dari populasi yang divaksinasi, kita tidak perlu khawatir karena virus akan punah," pungkas Hensley.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI