Suara.com - Presiden Joko Widodo menyebut bahwa ia ingin program vaksinasi Covid-19 di Indonesia bisa selesai kurang dari satu tahun. Target itu jauh lebih cepat dari yang disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunawan yang sebelumnya menyebut bahwa vaksinasi Covid-19 di Indonesia butuh 15 bulan.
"Kalau di seluruh dunia, perkiraan vaksinasi akan selesai 3,5 tahun. Tapi di negara kita Insya allah kemarin mendapatkan informasi dari Pak menteri 15 bulan, masih saya tawar kurang dari setahun harus selesai," kata Penyerahan Sertifikat Tanah Untuk Rakyat Se-Indonesia, Istana Negara, Selasa (5/1/2021).
Presiden Jokowi boleh saja punya punya target. Tapi, realistiskah target tersebut? Melalui sambungan telepon, Rabu, (6/1/2020), ahli epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut bahwa target yang disampaikan oleh Presiden Jokowi tidak realistis.
Dicky menyampaikan bahwa untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity tidak semudah hanya memvaksinasi lebih dari 70 persen total populasi. Ia menyampaikan bahwa dalam mencapai herd immunity paling tidak ada tiga hal yang dibutuhkan dan saling mempengaruhi.

Vaksin yang memiliki Efikasi Optimal
Dicky memaparkan bahwa hal pertama yang menjadi pertimbangan ialah adanya vaksin yang aman dan memiliki efikasi (kemampuan vaksin memberikan manfaat pada individu) yang optimal.
"Jadi ada yang disebut efikasi proteksi, artinya orang yang sudah diberi vaksin itu berapa persen terproteksi dari Covid-19, ini yang sering hasil dari riset vaksin ini yang cepat ketahuan, ada yang 94 persen seperti Pfizer atau Oxford, ada yang 80 persen," kata Dicy.
Selanjutnya, Dicyky juga menjelaskan bahwa ada juga yang disebut dengan efikasi progresi.
"Bahwa ketika orang tersebut diberikan vaksin dia bisa saja terinfeksi ternyata, tapi tidak sakit parah, hanya kalau engga sakit ringan atau tidak bergejala, ini berapa persentasenya," ujar Dicky.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Jangan Ada yang Menghambat Investasi
Kemudian, ada juga yang disebut dengan efikasi untuk mencegah transmisi. Dicky menegaskan bahwa efikasi ini yang paling penting dalam hal mengendalikan pandemi seperti Covid-19.