Studi: Pasien Covid-19 Bisa Alami Kebocoran Pembuluh Darah Otak

Selasa, 05 Januari 2021 | 12:00 WIB
Studi: Pasien Covid-19 Bisa Alami Kebocoran Pembuluh Darah Otak
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Virus corona Covid-19 dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah di otak. Hal ini dinyatakan dalam sebuah penelitian dari Inggris.

Melansir dari Healtshots, studi ini disusun oleh para peneliti National Institutes of Health yang terbit pada New England Journal of Medicine.

Para peneliti secara konsisten menemukan tanda-tanda kerusakan yang disebabkan oleh penipisan dan kebocoran pembuluh darah otak pada pasien Covid-19. Namun mereka tidak melihat tanda-tanda SARS-CoV-2 pada sampel jaringan, yang menunjukkan bahwa kerusakan tersebut tidak disebabkan oleh serangan virus langsung ke otak.

"Kami menemukan bahwa otak pasien yang tertular infeksi SARS-CoV-2 mungkin rentan terhadap kerusakan pembuluh darah mikrovaskuler. Hasil kami menunjukkan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh respons peradangan tubuh terhadap virus," kata Avindra Nath, M.D., direktur klinis di Institut Gangguan Neurologis dan Stroke Nasional (NINDS) NIH dan penulis senior studi tersebut.

Baca Juga: Siap-siap Warga Jakarta Bakal Divaksin Covid-19 Pertengahan Januari

"Kami berharap hasil ini akan membantu dokter memahami spektrum lengkap masalah yang mungkin diderita pasien sehingga kami dapat memberikan perawatan yang lebih baik," imbuhnya.

Meskipun Covid-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, pasien sering mengalami masalah neurologis termasuk sakit kepala, delirium, disfungsi kognitif, pusing, kelelahan, dan kehilangan indra penciuman. Penyakit ini juga dapat menyebabkan pasien menderita stroke dan neuropatologi lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit tersebut dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pembuluh darah, termasuk di otak. "Kerusakan terjadi di semua kelompok umur," catat para peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan mendalam terhadap sampel jaringan otak dari 19 pasien yang meninggal setelah mengalami Covid-19 antara Maret hingga Juli 2020. Sampel dari 16 pasien tersebut diberikan oleh Kantor Kepala Pemeriksa Medis di New York sedangkan 3 kasus lainnya diberikan oleh departemen patologi di University of Iowa College of Medicine, Iowa.Para pasien meninggal pada berbagai usia, dari 5 hingga 73 tahun.

"Kami sangat terkejut. Awalnya, kami mengira bisa melihat kerusakan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen. Sebaliknya, kami melihat area kerusakan multifokal yang biasanya terjadi pada orang stroke dan penyakit peradangan saraf," kata Dr. Nath.

Baca Juga: Pak Camat Ini Jadi New Man, Ikon Superhero Melawan Covid-19 di Surabaya

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

Akhirnya, para peneliti tidak melihat tanda-tanda infeksi pada sampel jaringan otak meski mereka menggunakan beberapa metode untuk mendeteksi materi genetik atau protein dari SARS-CoV-2.

"Sejauh ini, hasil kami menunjukkan bahwa kerusakan yang kami lihat mungkin bukan disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang secara langsung menginfeksi otak, namun pembuluh darah," kata Dr. Nath.

"Di masa depan, kami berencana untuk mempelajari bagaimana covid-19 membahayakan pembuluh darah otak dan apakah itu menghasilkan beberapa gejala jangka pendek dan jangka panjang yang kami lihat pada pasien," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI