Beredar Hoaks Seputar Vaksin Covid-19 Sinovac, Ini Fakta Menurut Bio Farma

Minggu, 03 Januari 2021 | 15:26 WIB
Beredar Hoaks Seputar Vaksin Covid-19 Sinovac, Ini Fakta Menurut Bio Farma
Kandidat vaksin Covid-19, Sinovac. [Noel Celis/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bio Farma turut menanggapi informasi yang menyebar melalui pesan singkat terkait vaksin Covid-19 Sinovac. Juru bicara vaksin Covid-19 dari Bio Farma Bambang Herianto mengatakan bahwa seluruh informasi yang tersebar itu keliru.

Mulai dari persoalan mengenai tulisan 'Only For Clinical Trial' pada kemasan vaksin, kehalalan vaksin, gingga bahan baku yang mengandung merkuri. Bambang memaparkan sejumlah hoaks yang terdapat pada pesan berantai tersebut.

1. Tulisan 'Only For Clinical Trial'

"Pemberitaan yang menyebutkan bahwa vaksin covid-19 yang akan digunakan adalah vaksin untuk uji klinis atau only for clinical trial sebagaimana yang tertulis pada kemasan vaksin adalah tidak benar," ucap Bambang dalam konferensi pers virtual, Minggu (3/12/2020).

Baca Juga: Enam Ribu Nakes di Kabupaten Tegal akan Divaksin Covid-19

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]

Ia menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China, yang saat ini berada di Bio Farma itu akan disebarkan ke masyarakat setelah mendapat izin penggunaan dari Badan POM. Setelah izin edar didapatkan, tentunya kemasan vaksin juga akan berbeda dengan vaksin yang digunakan untuk keperluan uji klinis, jelasnya.

"Vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi nanti itu dikemas dalam bentuk file, single dose atau dosis tunggal. Jadi ada perbedaan. Sudah pasti tidak ada penandaan only for clinical trial karena sudah mendapat izin penggunaan dari Badan POM," kata Bambang.

2. Mengandung Vero Sel

Informasi hoaks itu juga menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 mengandung Vero Sel atau jaringan kera hijau Afrika. Bambang kembali menangkal tudingan itu salah.

Ia menjelaskan, Sel Vero hanya digunakan sebagai media kultur untuk media kembang dan proses perbanyakan virus juga sebagai bahan baku vaksin. Jika tidak ada media kultur tersebut, virus yang diteliti untuk pembuatan vaksin tentu akan mati dan tidak bisa digunakan.

Baca Juga: Dua Hari Awal Tahun Ini, Pasien Covid 19 Sulsel Naik 1.150 Kasus

"Kemudian, setelah mendapatkan jumlah virus yang cukup maka akan dipisahkan dari media pertumbuhan. Sel vero ini tidak akan ikut atau terbawa sampai dengan proses akhir pembuatan. Dengan demikian pada produk akhir vaksin tidak lagi nanti mengandung sel vero tersebut," tuturnya.

3. Vaksin Covid-19 Sinovac Tidak Halal

Vaksin Covid-19 asal China tahap 2 tiba di Jakarta, Kamis 31 Desember 2020 / [Foto Biro Pers Sekretariar Presiden]
Vaksin Covid-19 asal China tahap 2 tiba di Jakarta, Kamis 31 Desember 2020 / [Foto Biro Pers Sekretariar Presiden]

Bambang mengatakan bahwa vaksin Covid-19 saat ini sedang dalam proses kajian aspek kehalalannya oleh lembaga pengkajian pangan, obat-obatan, dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI.

4. Mengandung virus hidup yang dilemahkan

Vaksin Covid-19 dari Sinovac yang akan digunakan hanya mengandung satu virus yang sudah dimatikan, ujar Bambang. Karena itu platform yang digunakan dalam pembuatan vaksin adalah in-activated, sehingga virus sudah dimatikan atau sudah in-aktivasi. 

"Tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan. Jadi tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan. Ini diketahui termasuk cara yang umum dalam membuatkan vaksin," tuturnya.

5. Mengandung bahan pengawet

Vaksin Covid-19 dari Sinovac ini diproduksi tidak menggunakan pengawet dan tidak mengandung bahan-bahan lain, seperti boraks, formalin, ataupun Merkuri, tegas Bambang.

Menurutnya, vaksin yang akan digunakan di masyarakat tentu telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji yang ketat agar terjamin kualitas, keamanan, dan efektivitasnya di bawah pengawasan BPOM dan memenuhi standar internasional.

Bambang memaparkan kandungan yang terdapat pada vaksin berupa kandungan aluminium hidroksida yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan vaksin. Selain itu, larutan fosfat sebagai stabilisasi atau biasa yang yang disebut dengan stabilizer.

Terakhir juga kandungan larutan garam natrium klorida berupa garam dapur NaCl, sebagai isotonis untuk memberikan kenyamanan dan penyuntikan. 

"Tapi tentunya garam natrium klorida ini adalah yang memenuhi standar farmasetikal," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI