Suara.com - Kate Wignail, secara tiba-tiba mengalami nyeri dada parah pada Mei lalu. Saat diperiksa, dokter mengatakan wanita 24 tahun tersebut hanya mengalami saraf terjepit atau otot tertarik.
Namun, kondisinya memburuk. Enam minggu kemudian, ia dilarikan ke Rumah Sakit Royal Cornwall, Inggris, setelah muntah darah.
Setelah menjalani serangkaian tes, dokter mendiagnosisnya dengan kanker melanoma (kanker kulit) ganas stadium empat.
"Aku mulai curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres, murni karena kondisiku sangat buruk, tetapi mendengar kata 'kanker' masih sangat mengejutkan," kata Wignail, dilansir dari Mirror.
Baca Juga: Perut Kembung dan Bengkak Bisa Jadi Gejala Kanker Ovarium, ini Tandanya!
Sebelumnya, Wignail sempat menduga bahwa ada yang aneh dengan benjolan kecil di leher yang ia temukan pada Januari silam.
Namun, saat ia memeriksakan diri, Wignail diberi tahu untuk tidak khawatir. Dokter meyakinkan Wignail bahwa benjolan tersebut adalah kista, kantung berisi cairan yang dapat tumbuh di mana saja di tubuh.
Namun, pada pemeriksaan terakhir setelah ia menjalani scan MRI dan biopsi, dokter baru mengetahui penyakit Wignail sesungguhnya.
Kanker melanoma yang dideritanya pun sudah menyebar ke otak, tulang belakang, limpa, ginjal, dan paru-paru.
Berdasarkan Cancer Research UK, tanda peringatan yang lebih umum dari melanoma adalah perubahan penampilan tahi lalat.
Baca Juga: Wow! Keju Ternyata Bisa Menangkal Kanker Hati dan Sakit Jantung
Namun, jika penyakitnya telah menyebar ke bagian tubuh lain, tandanya dapat berupa benjolan keras, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, sesak napas, batuk darah, infeksi terus menerus, hingga sakit punggung.
"Aku tidak pernah menduga aku akan menderita kanker kulit. Dokter tidak tahu dari mana asalnya kasusku, aku pun tidak melihat adanya perubahan pada kulit," ujar Wignail.
Akhirnya, Wignail menjalani terapi target, kombinasi dua obat kemoterapi oral, encorafenib dan binimetinib, yang harus dikonsumsinya setiap hari.
Meski tidak dapat disembuhkan, Wignail masih berharap akan masa deoan karena dokter belum memberi prognosis pasti.
"Kankerku tidak akan pernah sembuh. Aku akan hidup dengannya selamanya. Tapi kondisiku stabil, untuk saat ini."
"Saya akan menggunakan obat-obatan ini selama mereka bekerja dan kemudian kita akan beralih ke imunoterapi sebagai rencana cadangan," tuturnya.