Suara.com - Sejak pandemi virus corona Covid-19, banyak orang yang menghabiskan waktu berdiam diri di dalam rumah. Sebagian besar orang mungkin lebih sering duduk karena bekerja dari rumah atau lainnya.
Namun, Anda perlu berhati-hati bila memiliki risiko mengalami trombosis vena dalam (DVT). Hal ini bukan disebabkan oleh duduk terlalu lama selama WFH (work from home) .
Sebaliknya, penambahan berat badan yang memperburuk obesitas bisa membuat Anda berisiko mengalami trombosis vena dalam.
Pada dasarnya dilansir dari CNA Lifestyle, DVT terjadi ketika gumpalan darah di pembuluh darah mengalir ke organ-organ utama, menghalangi aliran darah dan menyebabkan banyak masalah.
Baca Juga: Olahraga 11 Menit Sehari Bisa Turunkan Risiko Kesehatan Akibat Sering Duduk
Masalah yang ditimbulkan pun tergantung di mana gumpalan itu berakhir, misalnya jantung, otak atau paru-paru. Gumpalan itu bisa menyebabkan serangan jantung, stroke atau kesulitan bernapas.
Pembekuan atau gumpalan darah yang dimulai di vena adalag tromboemboli vena atau VTE. Dr Yap Eng Soo, konsultan senior di Departemen Hematologi-Onkologi di National University Cancer Institute, Singapura, mengatakan kondisi ini bisa dikenal sebagai DVT atau pulmonary embolism (PE).
"DVT terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di satu atau lebih vena dalam di tubuh, biasanya di kaki. Jika gumpalan darah terbentuk di arteri paru-paru atau gumpalan berpindah dari vena dalam kaki ke arteri paru-paru disebut emboli paru (PE)," katanya
Dr Tan Chuen Wen, seorang konsultan di Departemen Hematologi Rumah Sakit Umum Singapura (SGH), PE memiliki tingkat kematian sekitar 10 persen hingga 30 persen.
Jika Anda melihat pembengkakan di kaki dan sensasi kram atau nyeri di betis, Anda bisa jadi mengalami DVT. Menurut Dr Yap, DVT juga dapat menyebabkan kemerahan atau perubahan warna pada bagian kaki yang terkena bersamaan dengan sensasi hangat.
Baca Juga: Hapus Cat Kuku sebelum Pakai Oksimeter, Ini Alasannya
Di sisi lain, PE dapat muncul paling sering dengan sesak napas mendadak, nyeri dada yang memburuk saat bernapas, tekanan darah rendah, kecemasan, pusing, detak jantung tidak teratur dan palpitasi.
Menurut American Heart Association, pasien yang berusia lebih dari 40 tahun berisiko lebih tinggi terkena tromboemboli vena. Bahkan risiko itu berlipat ganda setiap dekade berikutnya.