Vaksin Sinopharm Lebih dari 79% Manjur & Memicu Antibodi Hingga 99%

Kamis, 31 Desember 2020 | 13:47 WIB
Vaksin Sinopharm Lebih dari 79% Manjur & Memicu Antibodi Hingga 99%
Ilustrasi Vaksin Covid-19 (getty image)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan Sinopharm asal Beijing melaporkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh anak perusahannya China National Biotech Group (CNBG) memiliki tingkat perlindungan 79,34% terhadap infeksi virus corona Covid-19, pada Rabu (30/12/2020).

Institut Produk Biologi Beijing di bawah CNBG mengumumkan hasil sementara uji klinis fase III memperlihatkan bahwa vaksin mereka dapat memicu antibodi setelah suntikan kedua.

Jika tingkat perlindungannya lebih dari 79%, tingkat konversi positif antibodi 99,52%, mencapai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Produsen juga mengatakan bahwa vaksin mereka menunjukkan tingkat keamanan yang baik setelah vaksinasi, lapor Global Times.

Baca Juga: Maia Estianty Positif Covid-19 tapi Sembuh Dalam Sehari, Kok Bisa?

Perusahaan mengatakan telah mengajukan permohonan ke Administrasi Produk Medis Nasional untuk persetujuan bersyarat kepada regulator China.

Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]

Berdasarkan Administrasi Produk Medis Nasional China, suatu vaksin bisa mendapatkan pertujuan pasar apabila menunjukkan kemanjuran setidaknya 50%.

Meski sudah melaporkan tingkat kemanjuran, keamanan, dan memicu antibodi, perusahaan belum memberi rincian data jumlah infeksi dalam uji coba.

Berbeda dengan vaksin Pfizer yang menggunakan teknologi mRNA, Sinopharm memilih memproduksi vaksin dari virus yang tidak aktif.

"Sementara China telah meluncurkan berbagai metode untuk mengembangkan vaksin Covid-19, vaksin yang tidak aktif adalah pilihan aman yang kemungkinan besar akan berhasil," ujar Tao Lina, ahli vaksin di Shanghai.

Baca Juga: Timnas U-19 TC di Spanyol, Bagas Kaffa: Soal Cuaca Tak Ada Masalah

Tao mengungkapkan bahwa vaksin China akan 'merangkul' pasar yang besar karena vaksin tidak aktif lebih mudah didistribusikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI