Suara.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat jumlah kasus HIV dan AIDS menurun selama tahun 2020. Namun Ketua BKKBN Hasto Wardoyo khawatir penurunan kasus terjadi karena berkurangnya pemeriksaan dan penemuan kasus akibat kondisi Pandemi Covid-19.
"Kita tidak bisa bergembira karena ada aktivitas menurun di 2020 ini dalam hal untuk pemeriksaan maupun penemuan kasus. Sehingga apakah data ini yang valid atau ada under recording. Saya rasa perlu kita waspadai bersama," kata Hasto dalam webinar 'Tahun Baru dan Semangat Baru Menuju Akhir AIDS 2030: Sanggupkah Kita atau Retorika Belaka?', Selasa (29/12/2020).
Data BKKBN, selama Januari hingga September 2020 total kasus HIV yang terdata bertambah 32.293 orang, sedangkan kasus AIDS bertambah 6.772 orang. Penambahan kasus itu turun dibandingkan tahun 2019 yang jumlah kasus HIV tercatat 50.282 orang dan kasus AIDS sebanyak 7.036 orang.
Hanya saja, Hasto menyampaikan, yang tidak berubah adalah tren penambahan kasus AIDS yang selalu turun sejak tahun 2017.
Baca Juga: Kasus HIV/AIDS Terus Bertambah, KPAD: Didominasi Kalangan Milenial
"Namun demikian kalau baca sebelum Pandemi, ada kecenderungan tidak ada tren kuat untuk jumlah penemuan kasus AIDS yang ada di tahun 2018 ke 2019, semoga ini jadi kabar baik dan optimisme menuju 2030 nanti," tambahnya.
Sementara itu, pulau Jawa masih menjadi pusat terbanyak adanya kasus HIV maupun AIDS. Pada kasus HIV terbanyak ada di DKI Jakarta (69.353 kasus), Jawa Timur (62.393 kasus), Jawa Barat (44.793 kasus), Papua (38.315 kasus), dan Jawa Tengah (37.631 kasus). Data BKKBN tercatat total keseluruhan kasus HIV diseluruh Indonesia saat ini ada 409.857 orang.
Untuk kasus AIDS, provinsi Papua jadi yang terbanyak dengan angka 32.629 kasus. Disusul Jawa Timur 21.128 kasus, Jawa Tengah 12.988 kasus, DKI Jakarta 10.716 kasus, dan Bali 8.982 kasus. Total kasus AIDS diseluruh provinsi tercatat 127.873 orang.
"Kalau kita gencar melakukan upaya preventif di Pulau Jawa sangat berpengaruh di nasional. Namun secara klinis menjadi manifes memang di Papua jadi perhatian penting, sindrom AIDS di Papua jauh lebih tinggi. Mungkin karena masalah kedisiplinan pengobatan. Meskipun dari sisi HIV tidak tertinggi, ini butuh perhatian serius untuk cegah kematian," tutur Hasto.
Dari sisi jenis kelamin, Hasto menyampaikan bahwa laki-laki masih dominan mengalami infeksi HIV-AIDS. Sebanyak 67 persen pasien infeksi laki-laki dibandingkan perempuan 33 persen.
Baca Juga: Ini Inovasi Lembaga Korban Napza Cegah HIV dan Narkoba di Tengah Pandemi
Selain itu, yang menjadi perhatian BKKBN terkait dengan usia produktif yang juga rentan terinfeksi virus HIV-AIDS, lanjutnya.
"Kalau dirinci sisi umur, remaja jadi sangat penting. Karena memasuki usia 20-29 memiliki proporsi besar bagi penderita baik AIDS juga HIV positif," ujarnya.