Studi: Masalah Antibodi, Ibu Hamil dan Bayi Bisa Alami Keparahan Covid-19

Angga Roni Priambodo | Fita Nofiana
Studi: Masalah Antibodi, Ibu Hamil dan Bayi Bisa Alami Keparahan Covid-19
Ilustrasi ibu hamil

Sebuah studi menunjukkan bahwa ibu mentransfer lebih sedikit antibodi ke janin selama positif Covid-19.

Suara.com - Perempuan hamil dan bayi mungkin bisa terkena Covid-19 yang lebih parah. Hal ini disebabkan karena perempuan hamil mentransfer lebih sedikit antibodi Covid-19 ke anak-anak mereka.

Melansir dari Healthshots, Peneliti Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH) menyatakan bahwa ada risiko kepaahan yang ditimbulkan Covid-19 pada ibu hamil dan bayi. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Cell.

Mereka mengungkapkan transfer antibodi SARS-CoV-2 terjadi lebih rendah dari plasenta ibu yang terinfeksi pada trimester ketiga. Penyebabnya mungkin karena perubahan antibodi selama kehamilan.

Untuk studi terbaru ini, para ilmuwan membandingkan antibodi ibu terhadap flu (influenza), batuk rejan (pertusis), SARS-CoV-2, dan bagaimana antibodi ini ditransfer melintasi plasenta. Antibodi khusus influenza dan pertusis secara aktif ditransfer dengan cara yang relatif normal.

Baca Juga: Kronologi Dewi Soekarno Didenda Pengadilan Jepang Rp3 Miliar Gegara Pecat Karyawan

Sebaliknya, transfer antibodi spesifik SARS-CoV-2 kepada bayi tidak hanya berkurang secara signifikan, tetapi antibodi yang ditransfer kurang berfungsi dibandingkan antibodi melawan influenza.

Para ilmuwan menemukan bahwa perubahan keterikatan karbohidrat pada antibodi spesifik SARS-CoV-2 mungkin menjadi penyebab penurunan transfer dari ibu ke janin pada trimester ketiga.

Ilustrasi ibu hamil (Unsplash)
Ilustrasi ibu hamil (Unsplash)

Penemuan ini berimplikasi pada perancangan vaksin untuk SARS-CoV-2 yang khusus perempuan hamil.

“Regimen vaksin yang mampu mendorong antibodi spesifik Covid-19 tingkat tinggi dengan pola glikosilasi yang disukai oleh plasenta untuk transfer selektif ke janin dapat mengarah pada perlindungan bayi dan neonatal yang lebih baik,” kata rekan penulis senior Andrea Edlow, MD, MSc, a spesialis kedokteran ibu-janin di MGH dan asisten profesor Obstetri, Ginekologi, dan Biologi Reproduksi di Harvard Medical School.

Baca Juga: Makan Kacang Hijau saat Hamil Bikin Rambut Anak Lebat, Mitos atau Fakta? Ini Kata Dokter