Kaleidoskop Kesehatan 2020: 5 Hoaks Terpopuler Sepanjang Tahun

Minggu, 27 Desember 2020 | 09:00 WIB
Kaleidoskop Kesehatan 2020: 5 Hoaks Terpopuler Sepanjang Tahun
Ilustrasi hoaks. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada banyak insiden di luar dugaan yang terjadi sepanjang 2020, dan yang paling berpengaruh adalah pandemi virus corona Covid-19.

Perkembangan informasi dari peristiwa tersebut juga memunculkan beragam berita palsu yang membuat masyarakat panik.

Untuk mengingat kembali, berikut beragam hoaks kesehatan yang menyebar sepanjang 2020:

1. WHO sebut vaksin Sinovac paling lemah

Baca Juga: Kebanyakan Minum Teh Bisa Timbulkan Dampak pada Kesehatan, Apa Saja?

Informasi beredar di media sosial baru-baru ini tentang Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut vaksin Covid-19 buatan Sinovac, CoronaVac, memiliki respon imun paling rendah dibanding vaksin lainnya.

Namun, nyatanya ini adalah informasi palsu.

Melansir laman Kominfo, hingga kini tidak ada dokumen atau informasi resmi dari WHO yang membandingkan respon imunitas dalam 10 kandidat vaksin Covid-19.

Seorang penonton melewati pemeriksaan suhu tubuh sebelum memasuki venue seri VI IBL 2020 tepatnya di DBL Arena, Surabaya. [Dok. Instagram@IBLIndonesia]
Seorang penonton melewati pemeriksaan suhu tubuh sebelum memasuki venue seri VI IBL 2020 tepatnya di DBL Arena, Surabaya. [Dok. Instagram@IBLIndonesia]

2. Thermo gun bisa merusak otak

Sejak pandemi virus corona terjadi, beberapa alat kesehatan menjadi hal umum yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat, salah satunya thermo gun.

Baca Juga: Terbantu BPJS Kesehatan, Sidik dan Istrinya Kembali Jalani Hidup Normal

Alat pendeteksi suhu ini digunakan di hampir semua toko atau fasilitas umum setelah bukti menunjukkan salah satu gejala Covid-19 adalah demam.

Alat ini pun tak luput dari hoaks, yang menyebut thermo gun dapat merusak sel otak.

Tapi, informasi ini jelas menyesatkan. Dilansir Pesa Check, alat ini sebenarnya tidak memancarkan energi dan radiasi.

Sebaliknya, tubuh manusia lah yang memancarkan radiasi inframerah yang diserap oleh thermo gun, kemudian alat tersebut menginterpretasikannya dalam bentuk suhu.

3. Merokok mengurangi risiko infeksi Covid-19

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah membantah disinformasi ini pada Mei lalu. Sebaliknya, perokok justru lebih rentan terinfeksi virus corona daripada yang tidak merokok.

"Covid-19 adalah penyakit menular yang terutama menyerang paru-paru. Merokok merusak fungsi paru-paru sehingga membuat tubuh lebih sulit melawan virus korona dan penyakit lainnya," kata WHO dalam sebuah pernyataan tertulis, dikutip dari Anadolu Agency.

Ilustrasi merokok.[Unsplash/Irina Iriser]
Ilustrasi merokok.[Unsplash/Irina Iriser]

4. Karantina mandiri setelah menonton di bioskop

Kabar ini beredar setelah beberapa bioskop mulai dibuka pada akhir Oktober lalu.

Public Relations CGV Cinemas, Hariman Chalid, saat itu mengatakan bioskop hanya memberlakukan aturan sesuai protokol kesehatan, yaitu memakai masker selama di dalam area bioskop, menjaga jarak, dan dilarang makan serta minum di area bioskop.

"Saat ini makan dan minum belum bisa dibawa masuk ke ruang auditorium. Selama di auditorium kami harapkan teman teman juga tetap menggunakan masker selama film berlangsung," tuturnya.

5. Jaringan 5G penyebar virus corona

Teori bohong ini menyebar dalam kancah mancanegara, baik melalui Facebook, YouTube, Twitter, hingga TikTok.

Informasi ini jelas tidak benar karena gelombang radio tidak dapat menciptakan virus.

FullFact, sebuah lembaga pengecek fakta dari Inggris pun membantah keras kabar ini.

"Cerita tentang 5G tidak memiliki kepercayaan secara ilmiah dan tentu saja merupakan gangguan potensial, seperti misinformasi lainnya, untuk mengendalikan epidemi Covid-19," terang profesor di Colorado School for Public Health, Jonathan M. Samet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI