Suara.com - Kementerian kesehatan Jepang telah mengonfirmasi adanya kasus infeksi mutasi virus corona baru yang awalnya teridentifikasi di Inggris untuk pertama kalinya.
Berdasarkan laporan, sejumlah lima orang warga negara Jepang yang terinfeksi tiba antara 18 hingga 21 Desember.
Empat hari kemudian, tepatnya pada Jumat (25/12/2020), Jepang akhirnya meningkatkan kontrol perbatasan untuk pendatang dari Inggris.
Melansir Channel News Asia, satu dari orang yang terinfeksi mengalami gejala kelelahan. Sedangkan empat yang lain tidak menunjukkan gejala.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta, Varian Baru Virus Corona Tak Terdeteksi Tes Swab PCR?
Menteri Kesehatan Norihisa Tamura mengatakan kelima orang tersebut langsung dikirim ke tempat karantina dari bandara.
Setelah dianalisis dari hasil tes mereka, National Institute of Infection Disease Jepang menetapkan bahwa kelimanya memiliki varian virus corona baru dari Inggris, yang disebut 70% lebih menular.
Karenanya, kepala satuan tugas pemerintah Shigeru Omi meminta kontrol pembatasan perjalanan yang lebih ketat untuk mencegah masuknya SARS-CoV-2 VUI 202012/01 ke negaranya.
Mutasi virus corona jenis menunjukkan gejala baru
Profesor Epidemiologi Genetik di King's College London, Tim Spector, mengatakan bahwa setidaknya ada enam gejala Covid-19 yang kemungkinan disebabkan oleh mutasi virus corona baru.
Baca Juga: Suami Zaskia Gotik Umumkan Positif virus Corona
Gejala tersebut berupa sakit kepala, kelelahan, diare, nyeri otot, melewatkan makanan, dan kebingungan.
"Pengujian saja tidak akan menghentikan penyebaran. Orang perlu mengetahui semua gejala dan tidak hanya fokus pada tiga gejala resmi (dari NHS)," tuturnya, mengutip Mirror.
Tiga gejala yang NHS laporkan adalah batuk, demam, dan hilangnya indra penciuman serta perasa.
Menurut Tim, apabila seseorang mengalami satu dari gejala tersebut selama berminggu-minggu, sebaiknya orang tersebut melakukan isolasi mandiri dan segera melakukan tes Covid-19.