Pandemi Covid-19, WHO Takut Super Gonore Makin Resisten Terhadap Antibiotik

Selasa, 22 Desember 2020 | 15:04 WIB
Pandemi Covid-19, WHO Takut Super Gonore Makin Resisten Terhadap Antibiotik
Ilustrasi infeksi bakteri penyebab gonore. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Petugas media dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa Infeksi Menular Seksual (IMS) super gonore kemungkinan menjadi lebih resisten terhadap antibiotik sekarang ini.

Menurut mereka, kasus ini disebabkan oleh penggunaan obat tersebut secara belebihan selama pandemi Covid-19. Kondisi ini juga memicu mutasi super gonore yang mematikan.

Super gonore merupakan 'saudara' dari gonore yang disebut lebih ganas. Bahkan, penyakit ini diyakini sulit disembuhkan.

Penyakit super gonore yang tidak diobati dapat menyebabkan peningkatan lima kali lipat penularan HIV dan infeksi mata penyebab kebutaan.

Baca Juga: Sakit Gigi, Jesy Nelson Harus Minum Antibiotik Dosis Tinggi hingga Mual

Melansir The Sun, ada lebih dari 90 juta kasus gonore di seluruh dunia setiap tahunnya, dan jumlah ini meningkat menjadi 17%. Sebagian besar, kasus gonore atau kencing nanah terjadi di kawasan Afrika.

Ilustrasi gonore (Shutterstock)
Ilustrasi gonore (Shutterstock)

Juru bicara WHO mengatakan bagaimana hal ini terjadi dan kurangnya layanan perawatan IMS di masa pandemi virus corona memicu menculnya super gonore.

"Penggunaan antibiotik yang berlebihan di masyarakat dapat memicu munculnya resistensi antimikroba pada gonore," tutur jubir WHO.

Ia menambahkan, layanan yang terganggu membuat kasus IMS yang tidak terdiagnosis secara benar yang akibatnya lebih banyak orang yang mencoba mengobati diri sendiri.

"Situasi seperti itu dapat memicu munculnya resistensi pada gonore termasuk super gonore atau gonore dengan resistensi tingkat tinggi terhadap antibiotik," lanjutnya.

Baca Juga: Waspada Resistensi Antibiotik, Dokter Tak Boleh Sembarang Memberi Resep

Meningkatnya kekhawatiran tentang resistansi terhadap antibiotik, terutama yang digunakan untuk mengobatinya, azitromisin, menyebabkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengubah rekoemendasi pengobatan mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI