Suara.com - Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga berisiko mengalami anemia atau kekurangan darah. Spesialis gizi dr. Nurul Ratna Mutu M. Gizi Sp. GK mengatakan, anak yang mengalami anemia umumnya terjadi karena masalah defisiensi zat besi.
Ia menyampaikan masalah anemia ini paling banyak dialami anak yang masih berusia 1-2 tahun dan berisiko mengganggu kesehatan serta tumbuh kembang mereka.
Dokter Nurul menjelaskan bagaimana anemia yang dialami anak, secara jangka pendek dapat menyebabkan mereka mengalami penurunan kecerdasan.
"Menurunnya kecerdasan, menurun fungsi otak jadi kurang perhatian, pendengaran berkurang, visualisasi juga berkurang. Jadi kalau belajar di sekolah akan terganggu, kurang responsif kalau guru menjelaskan," papar Nurul dalam webinar bersama Danone Indonesia, Kamis (17/12/2020) kemarin.
Baca Juga: Derita Penyakit Langka, Tubuh Bayi 14 Bulan Ini Penuh Memar
Selain itu, fungsi motorik anak juga akan menurun. Sehingga saat diajak bermain oleh teman-temannya, anak yang mengalami anemia cenderung akan menolak karena tubuhnya terasa cepat lelah.
Kondisi tersebut, jika berlangsung lama, akan menyebabkan performa anak di sekolah menurun.
"Kemampuan membaca, menulis berhitung (menurun). Ada perubahan atensi dan sosial, kurang responsif, jadi lemot, lambat. Perubahan perilaku karena gak aktif bergerak, tidak ceria, mudah lelah," tuturnya.
Kecenderungan lain, anak-anak yang alami anemia akan lebih penakut dan peragu. Anak yang mengalami anemia akan enggan mencoba sesuatu yang baru karena keraguan dan rasa kurang percaya diri. "Juga anak anemia lebih sulit diatur karena kurang responsif tadi," ucapnya.
Baca Juga: Canggih! Teknologi AI Prediksi 96 Persen Kasus Pneumonia Terkait Covid-19