Sampai Usia Berapa Sih, Wajar untuk Anak Mengompol?

Jum'at, 18 Desember 2020 | 13:54 WIB
Sampai Usia Berapa Sih, Wajar untuk Anak Mengompol?
Sebagai ilustrasi: Sampai Usia Berapa Sih, Wajar untuk Anak Mengompol? (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ngompol merupakan salah satu masalah klasik anak-anak. Beberapa anak sudah bisa mengutarakan keinginannya untuk pipis, namun beberapa lainnya masih kesulitan menahan dan terpaksa ngompol di celana.

Pertanyaannya kini, hingga usia berapa sebenarnya anak masih dianggap wajar mengompol?

Dokter spesialis urologi Dr. dr. Irfan Wahyudi. Sp. U(K)., mengatakan bahwa mengompol masuk dalam proses tumbuh kembang anak. Karenanya, balita yang masih ngompol dianggap normal karena mereka masih dalam tahap belajar.

Hanya saja ia menyinggung bagaimana ada batasan waktu untuk anak membiasakan diri tidak mengompol saat tidur.

Baca Juga: Atta Halilintar Sampai Ngompol Buktikan Cinta ke Aurel Hermansyah

Ilustrasi anak pipis. (Shutterstock)
Ilustrasi. (Shutterstock)

"Proses berkemih, baik pada saat bangun dan juga saat tidur adalah bagian terakhir dari proses tumbuh kembang. Perlu waktu sekitar 4 tahun untuk anak bisa mulai mengontrol berkemih saat bangun maupun saat tidur," kata dokter Irfan dalam webinar yang diselenggarakan Eugenia Communication, Jumat (18/12/2020).

Saat anak berusia di atas lima tahun masih mengompol saat tidur, anak bisa saja mengalami gangguan kesehatan yang disebut enuresis.

Enuresis merupakan kondisi anak di atas lima tahun atau orang dewasa yang mengompol saat tidur tanpa ada kelainan anatomi dan saraf. Enuresis dibagi menjadi dua jenis yaitu enuresis primer dan enuresis sekunder.

Disebut enuresis primer jika anak sejak lahir hingga usia di atas 5 tahun masih ngompol tidak pernah berhenti. Sedangkan enuresis sekunder, terjadi pada anak yang  sempat berhenti mengompol namun tiba-tiba kembali mengompol saat malam hari. 

"Kalau enuresis sekunder perlu hati-hati karena mungkin ada komorbid atau penyakit penyerta. Misalnya, faktor psikologis, apakah faktor sosial, masalah dengan pelajaran ataupun lingkungan keluarga, keributan orangtua atau adanya kelainan diabetes pada anak," paparnya.

Baca Juga: Tega, Ibu Pukuli Anak Hingga Patah Rusuk Cuma Karena Sering Ngompol

Menurit Irfan, kejadian enuresis cukup tinggi. Ia menyampaikan bahwa di Indonesia, enuresis terjadi pada 8-10 persen anak di atas usia 7 tahun.

Meski begitu jumlahnya kian berkurang setiap tahun. Sedangkan pada remaja kasus enuresis terjadi pada 3 persen dan dewasa sebanyak 0,5-1 persen. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI