Suara.com - Secara psikologis, anak-anak usia balita memiliki lima potensi prestasi dalam masa tumbuh kembangnya. Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi. menjelaskan kelima potensi prestasi anak mencakup dalam kemampuan kognitif bahasa, emosi sosial, dan fisik motorik.
"Kognitif bahasa itu tentang bagaimana anak berpikir, juga kemampuan bahasa dan berbicara. Emosi sosial, bagaimana anak bisa kendalikan emosi juga berinteraksi dengan orang lain. Lalu fisik motorik bukan hanya tentang bertumbuh tinggi, tapi juga fungsinya berkembang dengan optimal," jelas Anna dalam webinar bersama Danone Indonesia, Kamis (17/12/2020).
Adapun lima potensi prestasi yang tumbuh dan berkembang pada anak di antaranya:
1. Mampu berpikir cepat
Menurut Anna, kemampuan berpikir cepat bukan sekadar anak mampu menjawab dengan cepat, tetapi asal, ketika ditanya sesuatu. Berpikir cepat justru tentang kemampuan anak untuk mengolah informasi secara mendalam, kritis, cerdas, dan kreatif. Kemampuan itu bisa membuat anak tidak mudah terperdaya dengan hoaks.
"Kalau daya berpikir cepat tercapai, maka anak bisa fokus ketika perhatikan sesuatu, daya ingat baik, lancar, berpikir kritis, dan kreatif. Namun kalau berpikir cepat tidak tercapai, maka anak cenderung mudah terdistraksi, mudah teralihkan, pelupa, lambat paham, mudah tertipu, pikiran tertutup jadi tidak mau terbuka dengan ide lain," jelasnya.
2. Tumbuh tinggi
Bukan hanya tinggi secara fisik, namun anak juga harus kuat, sigap, lincah, fleksibel, dan terampil. Menurut Anna, anak harus memiliki koordinasi motorik kasarnya yaitu dengan menggerakan tangan dan kaki secara baik. Begitu juga gerakan yang dilakukan dengan jari-jarinya yang menjadi bagian dari motorik halus.
"Jika tumbuh tinggi tercapai, maka anak bisa lincah, kuat, koordinasi motorik baik, bisa seimbang. Seimbang itu awal kemampuan konsentrasi. Tapi kalau tidak tercapai, maka anak gerakannya kaku atau justru terlalu lemas. Mudah capek, canggung, konsentrasi juga bermasalah," ujar Anna.
3. Percaya diri
Anna menyampaikan bahwa aspek percaya diri bukan mengenai anak yang suka tampil di hadapan banyak orang. Tetapi tentang rasa percaya anak terhadap dirinya sendiri. Artinya keyakinan anak tentang kemampuan dirinya. Juga tentang bagaimana anak mengatur emosi agar tidak meledak-ledak saat marah, sedih, ataupun bahagia.
"Percaya diri kalau tercapai, anak jadi lebih berani mencoba, lebih santai, lebih bahagia. Kalau tidak tercapai bisa jadi pencemas, ragu, banyak terhambat," ucapnya.
Baca Juga: Mengenal Tipe Suami Fatherless, Apa Dampaknya Bagi Tumbuh Kembang Anak?
4. Aktif sosialisasi
Aspek itu menunjukan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan menampilkan keterampilan sosial. Menurut Anna, keterampilan sosial ada banyak, di antaranya mampu berkenalan dengan orang lain, tertib saat mengantri, bisa berbagi, atau ketika punya permasalahan dengan teman tahu cara menyelesaikannya.