Suara.com - Sebagai penyakit pernapasan, Covid-19 sendiri sering kali didefinisikan dengan gejala seperti demam, sesak napas, hingga batuk. Sayangnya ada banyak gejala virus corona lain yang sangat mungkin diabaikan.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Clinical and Translational Neurology, ahli medis menemukan bahwa pada 412 pasien yang mereka amati, 82 persen di antaranya menunjukkan tanda-tanda masalah neurologis.
Selain itu, individu juga mengembangkan gejala lain yang menunjukkan bahwa mereka sudah tertular virus Covid-19 sebelumnya. Oleh karena itu, berikut lima gejala selain demam, batuk, dan sesak napas yang mungkin menandakan bahwa Anda terkena Covid-19, dilansir dari Times of India.
1. Sakit Kepala
Baca Juga: Hits Kesehatan: Gejala Jangka Panjang Covid-19 hingga Polemik Vaksin Gratis
Sesuai dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), sakit kepala telah terdaftar sebagai salah satu gejala umum Covid-19. Kondisi ini dapat berkisar dari nyeri ringan di kepala hingga nyeri parah yang tampaknya tak tertahankan.
2. Nyeri Otot
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Clinical and Translational Neurology, 44,8 persen relawan yang berpartisipasi dalam percobaan tersebut mengalami nyeri otot akibat Covid-19. Selain itu, nyeri otot juga merupakan gejala Covid-19 jangka panjang.
3. Masalah Otak
Kabut otak atau kebingungan mental juga telah dilaporkan di antara para peserta penelitian. Meskipun gejala Covid-19 ini kurang dikenal dan langka, sekitar 31,8 persen relawan dalam penelitian tersebut mengalami masalah otak.
Baca Juga: Muncul Gejala Delirium pada Penderita Covid-19, Psikolog Ungkap Bahayanya
4. Hilangnya Indra Penciuman dan Perasa
Hilangnya indra penciuman dan pengecap juga banyak dilaporkan terjadi pada sebagian besar pasien Covid-19. Kondisi ini menjadi salah satu gejala yang cukup signifikan untuk diidentifikasi sebagai Covid-19.
5. Sakit Mata
Banyak orang yang dites positif mengidap virus corona mengeluhkan rasa sakit di mata. Tetapi kondisi ini juga diyakini bisa saja disebabkan oleh lamanya orang menghabiskan waktu pada gadget selama pandemi.