Angka Kekerasan Anak Naik Selama Pandemi Corona, Banyak Terjadi Karena PJJ

Kamis, 17 Desember 2020 | 13:30 WIB
Angka Kekerasan Anak Naik Selama Pandemi Corona, Banyak Terjadi Karena PJJ
Ilustrasi: Angka Kekerasan Anak Naik Selama Pandemi Corona, Banyak Terjadi Karena PJJ (Unsplash/@anniespratt)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - LSM Save the Children mencatat adanya peningkatan kasus kekerasan pada anak selama pandemi Covid-19 di 34 negara.

Kata Deputy Chief Program Impact and Policy Save the Children, Tata Sudrajat, mayoritas kekerasan terjadi di rumah serta diakibatkan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Berdasarkan survei yang dilakukan sejak April 2019 hingga Agustus 2020 oleh Global Survey Save the Children menemukan sebanyak 23 persen orangtua melakukan pengasuhan negatif kepada anak.

Selain itu, 25 persen keluarga juga melaporkan adanya kekerasan dalam keluarga yang mengalami pengurangan pendapatan, dan 40 persen orangtua belum melakukan tindakan untuk melindungi anak dari dampak negatif internet, termasuk perundungan daring.

Baca Juga: Geliat Reseller yang Makin Produktif di Tengah Pandemi Covid-19

"Dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh ini konsumsi internet oleh anak yang biasanya hanya 3 hingga 4 jam menjadi naik. Sangat disayangkan orangtua belum semuanya dapat melindungi anak-anak dari paparan informasi di internet, termasuk potensi perundungan daring yang meningkat seiring dengan penggunaan internet," ujar Tata dalam konferensi pers, Selasa (15/12/2020).

Masih di acara yang sama, Interim Campaign Manager Save the Children Indonesia, Fandi Yusuf menambahkan meski berada di rumah, orangtua, guru dan semua pihak harus bisa memastikan anak tetap mendapat pembelajaran yang baik.

Apalagi lanjutnya, anak tengah mengalami kebosanan dan orangtua juga tidak antusias lagi membantu anak dalam belajar.

"Kita perlu memastikan anak-anak tetap dapat belajar di rumah sehingga tingkat keaksaraan mereta tetap terjaga dengan baik dan tetap bersemangat mempersiapkan diri kembali ke sekolah jika situasi telah aman," ujar Fandi.

"Kami juga memberikan pemahaman terhadao kondisi psikologis anak dan selama Pandemi Covid-19," tambahnya.

Baca Juga: Angka Bunuh Diri di Jepang Lebih Tinggi Dibanding Kasus Kematian Covid-19

Ia mengingatkan tujuh risiko utama pandemi Covid-19 bagi keluarga dan anak adalah; kehilangan sosok orangtua karena Covid-19, orangtua kehilangan mata pencaharian atau pendapatan, sulit mengakses layanan pendidikan yang berkualitas.

Selain itu juga rentan mengalami kekerasan dan eksploitasi, sulit mengakses layanan kesehatan dasar dan gizi, anak yang tinggal di kawasan dan rawan bencana, dan terbatasnya dukungan bagi anak dengan disabilitas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI