Warga Inggris Tolak Pelonggaran Karantina Saat Natal, Apa Sebabnya?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 17 Desember 2020 | 13:25 WIB
Warga Inggris Tolak Pelonggaran Karantina Saat Natal, Apa Sebabnya?
Ilustrasi Natal [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menyambut Hari Natal 2020, pemerintah Inggris berencana melonggarkan karantina dan pembatasan wilayah. Namun, usulan ini justru ditolak oleh masyarakat.

Dilansir ANTARA, Menurut survei yang dilakukan Kantar, lebih banyak warga di Inggris yang menentang rencana pemerintah untuk melonggarkan pembatasan Covid-19 selama lima hari selama Natal ketimbang mendukung kebijakan tersebut.

Sebanyak 50 persen responden pada survei mengatakan mereka menolak atau sangat keberatan dengan rencana pelonggaran tersebut, dibanding 40 persen lainnya yang setuju.

Dua jurnal medis berpengaruh kompak menyuarakan pendapatnya bahwa pemerintah seharusnya membatalkan keputusan tersebut untuk mengizinkan hingga tiga keluarga berkumpul di rumah selama lima hari perayaan Natal.

Baca Juga: Sekolah di Seoul Tutup, Korea Selatan Lakukan Karantina Wilayah Nasional?

Inggris mencatat lebih dari 64.000 korban jiwa akibat Covid-19, yang merupakan angka kematian tertinggi kedua di Eropa.

Survei Kantar juga menunjukkan bahwa 65 persen responden dipastikan atau kemungkinan akan menerima vaksinasi Covid-19, naik dua poin dari survei sebelumnya pada November.

Sementara, 23 persen lainnya akan dipastikan atau kemungkinan menolak vaksinasi, naik satu poin dibanding survei terdahulu.

Inggris patut berhati-hati mengingat ditemukannya sebuah varian baru virus Corona.

Menyadur Live Science, varian baru dari virus corona muncul ketika virus membuat salinan dirinya sendiri dan mengalami mutasi genetik.

Baca Juga: Jadi Perdebatan, Kebijakan Karantina Pemudik di Solo Masih Dipertimbangkan

Tidak semua mutasi berisiko mengubah cara virus menginfeksi sel atau seberapa mudah penyebarannya. Namun ilmuwan masih terus melacak perubahan tersebut untuk menentukan mutasi mana yang mungkin menimbulkan risiko.

Public Health England (PHE) mengatakan peneliti Inggris sudah mengidentifikasi varian baru dari SARS-CoV-2 ini, yang telah menginfeksi hampir 60 wilayah dan menyebabkan lebih dari 1.100 kasus, terutama di Inggris bagian selatan dan timur.

"Jumlah kasus varian (baru) virus tercatat tinggi di beberapa daerah di mana kejadian Covid-19 tinggi. (Tapi) Belum diketahui apakah varian tersebut bertanggung jawab atas peningkatan jumlah kasus ini," tulis PHE dalam pernyatan mereka.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan PHE dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) akan mempelajari varian baru dan melacak penyebarannya untuk apakah ini lebih mudah menular atau tidak dalam beberapa minggu ke depan.

"Sekali lagi, kemunculan varian baru ini tidak terduga," kata Susan Hopkins, penasihat medis untuk program Test and Trace Inggris, dalam pernyataan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI