Suara.com - Pada beberapa orang, mengonsumsi roti dan pasta dapat merusak otak mereka. Ini disebabkan oleh reaksi negatif terhadap gluten sehingga orang tersebut akan merasa sakit kepala.
Kondisi ini disebut sebagai gluten ataksia atau gluten ataxia. Gluten ataksia terjadi ketika sistem kekebalan bereaksi buruk terhadap gluten yang ditemukan dalam roti, pasta, bir, dan sereal.
Penyakit ini dapat membuat sistem kekebalan menyerang bagian otak. Pada kasus parah, penderita bisa mengalami gejala mirip stroke, seperti kesulitan berjalan, berbicara, dan kelumpuhan.
Apabila tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
Baca Juga: Jago Multitasking? Jangan Bangga Dulu, Bisa Sebabkan Kerusakan Otak, Lho!
Lorraine, pria 65 tahun, merupakan salah satu orang yang menderita gluten ataksia. Ia merasa penyakitnya itu menyebabkan dirinya seolah kehilangan akal sehat. Dokter pun cukup sulit mendiagnosis kondisinya.
"Ketika aku pertama kali pergi ke dokter pada 2008, aku diberi tahu bahwa itu adalah menopause. Aku dirujuk ke ahli saraf, yang menduga aku terkena stroke, tetapi hasilnya normal," kenangnya, dilansir Daily Star.
Rasa sakitnya semakin memburuk hingga akhirnya ia memeriksakan diri ke ahli saraf Marios Hadjivassiliou di Sheflied Ataxia Center.
Hadjivassiliou berhasil mendiagnosis kondisinya dan mengatakan pengobatan untuk penyakit Lorraine bisa dibilang sederhana, yaitu pola makan bebas gluten.
Sayangnya, Lorraine sudah mengalami efek jangka panjang. Salah satunya, berbicara cadel.
Baca Juga: Awas, Keseringan Multitasking saat WFH Bisa Berdampak pada Kerusakan Otak
Hadjivassiliou mengatakan gluten ataksia berkaitan dengan penyakit celiac. Penderitanya 16 kali lebih mungkin mengembangkan gluten ataksia karena kesalahan genetik yang sama.
Sang dokter megklaim masalah utama dari pengobatan Lorraine adalah kenyataan bahwa pasien bersangkutan dirujuk kepadanya setelah menderita terlalu lama. Akibatnya, Lorraine mengalami beberapa kerusakan permanen.