Psikolog: Rasa Bosan Bisa Mendorong Orang Lakukan Hal Negatif

Kamis, 10 Desember 2020 | 10:44 WIB
Psikolog: Rasa Bosan Bisa Mendorong Orang Lakukan Hal Negatif
Ilustrasi rasa bosan di rumah aja. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa orang pastilah punya banyak cara untuk mengatasi rasa bosan. Tetapi, di tengah pandemi yang mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah, rasa bosan menjadi lebih sulit untuk dihindari. Dan yang dikhawatirkan, rasa bosan yang terus melanda ternyata bisa mendorong orang untuk melakukan hal negatif dan berdampak buruk pada kesehatan.

Psikolog sari Universitas Sentral Lancashire, Inggris, Dr. Sandi Mann, mendefinisikan rasa bosan sebagai pencarian rangsangan saraf yang tidak memuaskan. Ia memperingatkan adanya dampak serius yang dapat ditimbulkannya pada kesehatan jika rasa bosan berkembang menjadi kronis.

Riset menunjukkan bahwa kebosanan ternyata bisa menurunkan harapan hidup. Sebuah penelitian pada tahun 1980-an terhadap pegawai negeri sipil yang berusia 35 sampai 55 tahun menunjukkan mereka yang paling rentan terhadap penyakit 30 persen lebih mungkin meninggal dalam waktu tiga tahun. Terutama yang berisiko penyakit kardiovaskular.

“Kami tidak tahu persis tentang kebosanan yang dapat menyebabkan kematian terkait kardiovaskular. Namun apa yang kami tahu adalah bahwa ketika orang bosan, mereka mencari cara untuk 'melepaskan' diri dan kebanyakan yang mereka lakukan untuk meredakannya adalah tidak sehat. Kebosanan juga membuat stres," kata Dr. Mann dikutip dari Mirror.

Baca Juga: Tips Hilangkan Rasa Bosan Akhir Pekan Selama di Rumah Aja

Menurut Dr. Mann, yang paling rentan terhadap kebosanan adalah orang-orang yang berulang kali menginginkan kegembiraan untuk melarikan diri dari kehidupan sehari-hari, seperti alkohol dan obat-obatan.

Satu penelitian di Afrika Selatan menunjukkan kebosanan juga jadi pemicu konsumsi minuman keras, rokok, dan ganja di kalangan remaja. Ini juga menjadi faktor besar dalam kambuhnya kecanduan pasca-rehabilitasi.

Sebuah survei Perubahan Alkohol di Inggris juga menemukan lebih dari seperempat partisipan meningkatkan konsumsi alkohol selama masa penguncian. Dan sekitar jumlah yang sama dalam studi British Nutrition Foundation mengakui bahwa mereka lebih banyak konsumsi makanan yang menenangkan.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa beberapa orang memilih untuk mencoba menyakiti diri sendiri daripada tersiksa dengan rasa bosan. Dalam sebuah penelitian di mana orang-orang ditinggalkan di sebuah ruangan selama 15 menit, dengan hanya sebuah tombol yang dapat mereka tekan untuk menyetrum pergelangan kaki mereka sendiri, dua pertiga pria dan seperempat wanita memilih untuk mencobanya.

"Meskipun ini tampak seperti reaksi yang ekstrim, akan lebih dapat dimengerti jika kita menyadari bahwa kebosanan dapat memperburuk pemikiran negatif yang mengarah pada depresi dan kecemasan," kata Dr Mann.

Baca Juga: Waspada, Psikolog Sebut Kelamaan Di Rumah Aja Bisa Bikin Stres Lho!

Kebosanan juga dianggap memicu kemarahan dan agresi. Sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu menunjukkan orang-orang yang lebih rentan terhadapnya mengambil lebih banyak risiko dalam hal keuangan, perilaku, hobi, kesehatan, dan keselamatan.

Hal itu karena kebosanan dapat membuat orang cenderung untuk terlibat dalam perilaku pengambilan risiko sebagai cara untuk mencari kegembiraan dan menciptakan adrenalin yang hilang dari kehidupan mereka.

“Saat kita bosan, kita mencari stimulasi saraf. Kita bisa mendapatkan rangsangan yang kita cari melalui hal-hal baru atau dari serangan dopamin - zat kimia otak yang terkait dengan penghargaan," jelas Dr. Mann.

Dopamin tersebut sangat adiktif. Manusia bisa mendapatkannya dari menyantap makanan berlemak dan manis, atau bahkan dari sensasi berbelanja dan membeli barang baru. Namun, Dr Mann mengingatkan bahwa serangan dopamin itu dapat menyebabkan kecanduan.

Jadi, apa yang akan Anda lakukan untuk mengusir rasa bosan?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI