Suara.com - Bayi lahir normal lebih berpotensi memiliki kepala peyang daripada yang lahir secara sesar.
Hal tersebut diucapkan oleh konsultan saraf anak Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegaro Sp.A dalam siaran langsung di media sosial Instagram bersama dokter Tiwi, pada Rabu (9/12/2020).
Prof Hardiono menjelaskan, kepala peyang umumnya disebabkan karena tekanan yang terjadi saat ibu mengejan. Hanya saja ia meminta agar ibu tak perlu khawatir karena bentuk kepala peyang pada bayi akan berangsur normal seiring berjalannya waktu.
"Nanti bisa pulih sendiri. Kalau sesar kan kepalanya lebih bulat, tapi bukan berarti semua bayi harus sesar. Peyang-peyang sedikit karena jalan lahir gak apa-apa," kata Prof Hardiono saat
Baca Juga: Viral Perjuangan Pasutri untuk Dapat Momongan, Menanti Selama 21 Tahun
Pada beberapa kasus, bayi juga bisa lahir dengan kepala agak benjol. Prof Hardiono menjelaskan, benjolan kepala yang menyeberangi garis tengah disebut caput dan akan sembuh sendiri.
"Tapi kalau benjolan tidak melebihi garis tengah lalu agak menonjol itu hati-hati. Bisa karena pendarahan di bagian lapisan kulit atau tulang yang lebih dalam. Biasanya kalau itu sembuh pun ada sisanya sedikit tetap benjol," jelasnya.
Ia mengingatkan, agar orangtua harus aktif memantau perkembangan lingkar kepala bayi setiap kali melakukan pemeriksaan ke dokter anak.
Jika kepala anak di bawah 32 sentimer atau lebih dari 36 sentimeter, maka orangtua harus curiga dan melakukan pemeriksaan lanjutan.
"Bisa jadi mikrosefali, kalau lebih makrosefali. Yang makro kita takutkan kalau jadi hidrosefalus. Kita takut ada gangguan dari otaknya," ucap Prof. Hardiono.
Baca Juga: Penuh Haru! Pasutri di Madura Dikaruniai Anak Pertama Usai 21 Tahun Menikah