Suara.com - Vaksin Covid-19 dibuat secara optimal untuk menghasilkan respons kekebalan yang efektif melawan virus corona.
Namun, apakah respons kekebalan dari vaksin jauh lebih baik daripada yang terbentuk sendiri dalam tubuh setelah seseorang terkena infeksi?
Ahli memang belum mengetahui jawabannya, tetapi mereka yakin vaksin merupakan 'taruhan' yang lebih aman karena telah melewati uji klinis dapat mencegah penyakit.
Vaksin untuk beberapa patogen, seperti bakteri pneumokokus, menghasilkan kekebalan yang lebih baik dibandingkan dari infeksi alami.
Baca Juga: Berapa Dana yang Digelontorkan Pemerintah untuk Beli Vaksin Covid-19?
Bukti awal menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 kemungkinan termasuk dalam kategori ini, lapor The New York Times.
Hasil kilinis yang mendukung adalah vaksin Moderna, peserta studi yang divaksin memiliki lebih banyak antibodi daripada orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2.
Namun, dalam kasus lain, memang ada respons kekebalan dari infeksi yang lebih kuat daripada vaksin. Penyakit gondongan, misalnya.
Sementara itu, pada orang yang mengalami gejala Covid-19 ringan, perlindungan antibodi yang dapat mencegah infeksi kedua dapat berkurang dalam beberapa bulan.
"Orang-orang itu mungkin mendapat lebih banyak manfaat dari vaksin dibanding yang lain," jelas Bill Hanage, ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Baca Juga: Vaksin Corona Tiba Di Indonesia, Simak 7 Fakta Terbarunya Berikut Ini
Variasi respons kekebalan dari infeksi alami pada setiap orang mungkin karena perbedaan jumlah virus yang terekspos pada masing-masing orang. Dengan vaksin, semua orang akan mendapat dosis yang sama.
"Kita tahu dosis yang diberikan, dan kita tahu bahwa dosis itu efektif menimbulkan respons kekebalan," tandas Jennifer Gommerman, ahli imunologi di University of Toronto.