Buang Air Besar Berdarah, Waspadai Kanker Usus Besar

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 07 Desember 2020 | 13:10 WIB
Buang Air Besar Berdarah, Waspadai Kanker Usus Besar
Ilustrasi buang air besar. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski kanker usus besar termasuk yang sering ditemukan dan dapat terjadi pada siapa saja, namun, tidak banyak masyarakat yang tahu cara mengenali kanker tersebut.

"Kanker ini berisiko terjadi pada segala usia, baik kelompok muda maupun tua. Pada kelompok usia muda, biasanya disertai gejala yang lebih buruk,” ujar dokter spesialis bedah digestif Siloam Hospitals Kebon Jeruk Dr. dr. Wifanto Saditya Jeo, Sp.B-KBD, dalam keterangannya, Senin, (7/12/2020).

Oleh sebab itu penting untuk mengenali gejalana sejak awal. Kanker usus besar, menurut Wifanto, umumnya dumulai dengan adanya benjolaj kecil berupa polip.

"Dalam perkembangannya dapat bertransformasi menjadi ganas," kata dia.

Baca Juga: Waspada Sering BAB di Malam Hari, Bisa Jadi Gejala Diabetes Tipe 2!

Kanker usus besar (kolorektal). (Shutterstock)
Kanker usus besar (kolorektal). (Shutterstock)

Wifanto juga meminta masyarakat untuk memperhatikan saat Buang Air Besar (BAB). Ketika BAB keluar darah hal itu juga bisa menjadi gejala lain dari kanker usus. Selain itu, gejala yang mungkin timbul juga antara lain, sembelit, atau diare tanpa sebab yang jelas.

"Seringkali juga diikuti dengan rasa sakit pada perut, mudah lelah, dan turunnya berat badan," kata dia.

Jika umumnya operasi kanker rektum membutuhkan sayatan di perut sepanjang 10-15 cm dan tumor dikeluarkan melalui luka sayatan besar, teknik Trans-Anal Total Mesorectal Excision hanya membutuhkan luka sayatan sekitar 1-2 cm saja. Teknik terbaru ini juga memungkinkan spesimen tumor dan usus yang dipotong dapat dikeluarkan melalui lubang anus.

“Keunggulan paling signifikan dari operasi laparoskopi dengan teknik Trans-Anal Total Mesorectal Excision adalah sayatan lebih kecil, sehingga bekas luka dan rasa sakit yang dialami lebih minim. Kondisi ini membuat pasien tidak membutuhkan obat nyeri dalam dosis besar dan mengurangi efek samping obat. Teknik ini juga membuat luka operasi lebih minimal dan proses perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat,” ungkap dr. Wifanto.

Baca Juga: Dokter Tak Sarankan Berlama-lama BAB di Toilet Duduk, Ada Bahayanya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI