"Seharian itu saya hanya tertidur. Begitu terbangun, badan terasa lebih ringan dan segar. Batuk juga sudah berkurang banyak dan demam perlahan menurun," terang dr Sriyanto.
Memasuki hari kesembilan, demam sudah menghilang. Suhu tubuh normal meskipun tidak minum obat penurun panas. Batuk berkurang hingga 75%. Badan lebih ringan.
Terlewati sudah masa-masa kritis. Terlewati sudah pertarungan antara hidup dan mati. Di hari kesembilan itu, ia sudah bisa merasakan empuknya nasi, tidak keras lagi seperti kemarin.
"Alhamdulillah saya bersyukur sekali bisa mendapatkan tosilizumab dan plasma. Dari pengalaman masa isolasi kemarin, terbukti acterma dan plasma sangat cocok mengobati pasien Covid-19, bahkan yang memiliki komorbid diabetes," terangnya.
Saat ini kondisi dr Sriyanto sudah membaik dan sedang masa pemulihan. Begitu pula dengan anak semata wayang. Mereka sudah pulang ke Wonogiri dan bahkan sudah bisa bersepeda di sekitar rumah.
Namun, sedihnya kondisi ayah mertua tak dapat tertolong. Beliau tak bisa bertahan dan menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 21 November 2020 lalu. Beliau dimakamkan secara protokoler Covid-19.
"Saat mendengar kabar duka itu, saya sedang berada di ruang isolasi. Semua kesedihan sepertinya menimpa saya, mulai tak bisa menelan makanan, demam tinggi, batuk parah, anak diisolasi dan mertua meninggal Rasanya segala kepedihan muncul bersamaan," ungkap dia.
Tetapi ia berusaha tegar dan tidak mau menyerah. Tak mau larut dengan kesedihan dengan bangkit dan akhirnya sembuh dari penyakit ini. Tekad itu ditanamkan kuat dalam hati karena dirinya masih ingin hidup untuk menambah amal shalih.
Dengan iringan doa dari seluruh kerabat dan sahabat, ia bangkit. Dukungan dari teman-teman di grup WhatsApp tiada henti mendoakan. Sungguh doa mereka sangat berarti serasa guyuran air di gurun Sahara. Ada yang mendoakan melalui telpon, Facebook, dan juga yang mendoakan dalam diam.
Baca Juga: Tambah 1.032 Orang, Kasus Corona DKI Jakarta Mencapai 141.270 Pasien
Dia menambahkan ini menjadi pelajaran berharga baginya dan juga semua orang di masa pandemi. Bahwa ketika kondisi kritis, tetap percayakan pengobatan kepada medis. Bahwa obat medis sudah teruji.