12 Hari Menegangkan, Perjuangan Hidup Mati Dokter Sembuh dari Covid-19

Sabtu, 05 Desember 2020 | 07:05 WIB
12 Hari Menegangkan, Perjuangan Hidup Mati Dokter Sembuh dari Covid-19
Dokter bedah, dr Sriyanto Sp B. (Dok: Satgas Covid-19)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak kisah perjuangan dari penyintas Covid-19 yang sangat menegangkan. Seperti yang dialami seorang dokter bedah, dr Sriyanto Sp B bersama anaknya, di Rumah Sakit di Wonogiri.

Dirinya juga baru saja menyelesaikan masa isolasi selama 12 hari, mulai tanggal 18-30 November 2020 lalu.

Dia mengaku bahwa beratnya perjuangan antara hidup dan mati pada masa isolasi. Sebuah pengalaman yang tak akan mungkin dilupakan seumur hidupnya.

Berawal pada 18 November 2020 lalu, hasil tes swab Covid-19, dr Sriyanto dan anaknya divonis positif. Setelah itu, ia bersama putra tercintanya langsung dilakukan penanganan isolasi di RS Moewardi, Solo.

"Saya dan anak saya mengalami kondisi demam dan batuk. Sepanjang perjalanan antara Wonogiri ke Solo, tubuh saya terus menggigil," ujar dr Sriyanto dalam pernyataannya seperti pada siaran pers yang diterima Suara.com, Jumat (4/12/2020).

Dokter bedah, dr Sriyanto Sp B. (Dok: Satgas Covid-19)
Dokter bedah, dr Sriyanto Sp B. (Dok: Satgas Covid-19)

Lebih lanjut, menurutnya, kondisi ini diperparah karena keluarga besarnya juga sedang ada yang mendapatkan musibah, karena lebih dulu terinfeksi Covid-19.

"Ayah mertua saya yang juga dokter bedah sedang berada dalam ruangan ICU RS Kariadi Semarang karena positif Covid-19. Usianya sudah 78 tahun, menjadikannya sangat rapuh menghadapi serangan virus ini. Sudah ada total 8 orang dari keluarga kami yang positif," kata dia.

Saat itu, sesampainya di ruangan isolasi, kondisi dr Sriyanto tambah buruk dengan demam yang masih tinggi. Setiap hari mengalami menggigil kedinginan dan bahkan setiap 6 jam sekali harus mengkonsumsi obat pamol agar tidak menggigil akut.

Di hari keempat masa isolasi, ia mulai batuk dengan badan terasa sakit semua. Ketika menerima telepon dari keluarga atau sahabat, batuk semakin parah, Bahasa jawanya batuk ‘ngekel’.

Baca Juga: Tambah 1.032 Orang, Kasus Corona DKI Jakarta Mencapai 141.270 Pasien

"Jadi setiap bergerak juga batuk seperti ketika sholat yang banyak gerakan, dari ruku ke sujud, atau dari sujud ke berdiri, maka otomatis akan batuk. Saya sangat tersiksa dan rasanya sulit sekali untuk bernafas lega," keluhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI