Covid-19 Dapat Sebabkan Kerusakan Paru-Paru "Tersembunyi"

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Jum'at, 04 Desember 2020 | 13:16 WIB
Covid-19 Dapat Sebabkan Kerusakan Paru-Paru "Tersembunyi"
Ilustrasi foto rontgen paru-paru. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seperti yang dilaporkan, virus corona Covid-19 dapat menyebabkan efek merusak pada berbagai organ, terutama paru-paru dalam kasus yang serius.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pasien Covid-19 dapat menderita kerusakan paru-paru jangka panjang, yang dapat menyebabkan gejala yang berkepanjangan seperti sesak napas, batuk, dan kelelahan bahkan setelah dinyatakan sembuh dari virus itu.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah beberapa bentuk kerusakan paru-paru mungkin tidak terdeteksi selama pemindaian MR dan CT Scan standar.

Dengan menggunakan teknik pemindaian baru, para peneliti Universitas Oxford dapat mendeteksi kelainan paru-paru "tersembunyi" yang disebabkan oleh infeksi Covid-19 . Perubahan tersebut dapat dilacak pada pasien Covid-19 bahkan tiga bulan setelah infeksi, kata para peneliti, menambahkan bahwa kerusakan seringkali tidak terdeteksi selama metode pemindaian tradisional.

Baca Juga: Bawaslu Pastikan Pengawas TPS di Medan Bebas dari Covid-19

Metode baru ini mencakup pemindaian MRI yang menggunakan gas xenon untuk menghasilkan gambaran yang jelas tentang kerusakan paru-paru.

Pasien perlu menghirup gas xenon selama pemindaian MRI. Teknik tersebut dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Sheffield di Inggris, dipimpin oleh Jim Wild, Profesor Fisika Resonansi Magnetik. Demikian dilansir dari The Health Site.

Ilustrasi virus dan bakteri yang menginfeksi paru-paru. (Shutterstock)
Ilustrasi virus dan bakteri yang menginfeksi paru-paru. (Shutterstock)

Menurut Profesor Wild, hyperpolarised xenon MRI menawarkan cara unik untuk gangguan pencitraan pada pengambilan oksigen di paru-paru yang disebabkan oleh infeksi Covid-19 dan efek sampingnya. Metode ini terbukti sangat sensitif terhadap gangguan pada penyakit paru fibrotik lainnya, ujarnya.

Profesor Wild berharap metode ini juga dapat membantu memahami penyakit paru-paru akibat Covid-19.

Peneliti Universitas Oxford mempelajari 10 pasien COVID-19 berusia 19-69 menggunakan teknik pemindaian baru ini. Delapan pasien menderita sesak napas dan kelelahan tiga bulan setelah infeksi. Namun, tidak satupun dari mereka telah menerima perawatan intensif atau ventilasi dan tidak ditemukan kerusakan paru-paru selama pemindaian kesehatan konvensional.

Baca Juga: Profil Dadang Hawari, Penceramah Kondang Meninggal Dunia karena Covid-19

Pemindaian baru mengungkapkan tanda-tanda kerusakan paru-paru pada pasien ini dengan memperlihatkan area di mana udara tidak mengalir dengan mudah ke dalam darah.

Kerusakan paru-paru 'tersembunyi' bisa menjadi faktor di balik "Covid-19 jangka panjang", di mana orang jatuh sakit selama berbulan-bulan setelah terinfeksi meskipun hasil tes GP dan rumah sakit tampaknya 'normal', ungkapFergus Gleeson, Profesor Radiologi di Universitas Oxford, yang memimpin penelitian.

Dr. Shelley Hayles, anggota lain dari tim peneliti, mencatat bahwa hingga 10 persen dari mereka yang menderita Covid-19 mungkin mengalami beberapa bentuk kerusakan paru-paru yang mengarah pada gejala yang berkepanjangan.

Jika teknik pemindaian baru berhasil mendeteksi kerusakan paru-paru yang tersembunyi, itu akan membuat perbedaan besar bagi pasien Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI