Suara.com - Pasien Covid-19 yang tidak memiliki komorbid penyakit jantung justru berpotensi sakit jantung usai sembuh dari infeksi. Kondisi itu disebabkan karena pasien mengalami hipoksia juga peradangan paru dan pembekuan darah.
"Covid-19 ada tiga prinsip dasar. Terjadi hipoksia atau kekurangan oksigen, peradangan, dan pembekuan darah. Jadi semua penyakit, termasuk Covid, kalau menyebabkan hal tersebut bisa berdampak pada jantung," kata spesialis jantung dan pembuluh darah Dr. dr. Isman Firdaus Sp. JP., dalam webinar Satgas Penanganan Covid-19, Kamis (3/12/2020).
Ia menjelaskan bahwa pasien Covid-19 berpotensi alami aritmia atau gangguan pada irama jantung. Penyebabnya bisa karena infeksi virus corona tersebut atau efek samping dari pengobatan.
Selain itu juga ada fase karena peradangan atau infeksi paru. Menurut Isman, kondisi itu disebabkan kadar oksigen dalam tubuh berkurang atau hipoksia.
Baca Juga: Polda Jateng: 30 Polisi Pengamanan Pilkada Reaktif Corona
"Hipoksia bisa berpengaruh banyak. Salah satunya, cedera pada jantung. Saat hipoksia kerja jantung bisa turun," ucapnya.
Kondisi hipoksia juga menyebabkan pembuluh darah menyusut terutama pada paru. Dampaknya kerja jantung kanan menjari berkurang. Isman juga menyampaikan bahwa kerja jantung akan kian turun seiring kondisi hipoksia berkepanjangan.
"Apabila berlangsung lama, walaupun belum ada laporan publikasi resmi, namun pada pasien pasca perawatan Covid-19 bisa butuh pemulihan dari otot jantung," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh juga masih bisa mengalami gejala pasca sakit atau disebut dengan isilah long Covid syndrome.
Menurut Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan DR. dr. Agus Dwi Susanto Sp. P(K), gejala itu bisa muncul selama beberapa minggu bahkan berbulan-bulan pasca sembuh.
Baca Juga: Banyak Penyintas Covid-19 Akui Masih Merasa Sakit, Tubuh Menyimpan Virus?