Suara.com - Di situasi pandemi Covid-19 saat ini, banyak cara dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh agar terhindar dari virus tersebut. Berbagai peneliti pun terus menguji asupan apa yang bisa memberi perlindungan dan mencegah Covid-19 menginfeksi tubuh.
Baru-baru ini, nama dr. Gia Pratama mencuri atensi warganet. Dalam cuitannya di Twitter, Kamis (3/12/2020), ia membagikan tangkapan layar sebuah jurnal penelitian yang berjudul Caffeine and caffeine-containing pharmaceuticals as promising inhibitors for 3-chymotrypsin-like protease of SARS-CoV-2.
"Kabar gembira. Kopi dalam dosis tertentu berpotensi mencegah Covid dengan cara menghambat proteasenya Virus Corona menempel pada sel kita. -Journal Biomolekuler 10/20-," tulisnya.
Ia pun melanjutkan, "untuk penderita GERD dan masalah lambung, lakukan 3M jauh lebih baik daripada minum kopi. Menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker."
Baca Juga: 7 Pengunjung Warkop di Jalan Reformasi Pontianak Positif Covid-19
Cuitannya tersebut langsung mendapat komentar dari warganet, karena banyak yang menganggap cuitannya bisa menimbulkan kesalahpahaman informasi bahkan misleading (menyesatkan).
"Ati2 ngeshare fitofarmaka dok. Yang udah sering di jurnal covid19 kaya vinegar, madu, olive oil, atau habatus sauda aja masih butuh banyak penelitian lanjutan, apalagi kafein/teofilin. Mudah2an orang2 ngeliatnya cuma buat nice to know aja yak," komentar @aan__.
"Dok, sepertinya pemilihan 'kabar gembira' dalam tweet ini dapat menghasilkan misleading, orang bisa lupa sama kata 'berpotensi' krn sudah ter sugesti hal tsb. Trims," tulis akun @8belasplus.
Perlu digarisbawahi bahwa jurnal tersebut memakai metode in silico. Dikutip dari laman The Marshall Protocol Knowledge Base, in silico adalah ungkapan yang digunakan untuk maksud "dilakukan di komputer atau melalui simulasi komputer".
Sehingga istilah in silico digunakan untuk menggambarkan eksperimen yang dilakukan dengan bantuan komputer. Metode in silico dapat digunakan untuk mengetahui interaksi antara suatu senyawa dengan molekul target, salah satunya yakni reseptor.
Baca Juga: Mengapa Bisnis Kedai Kopimu Bisa Gagal? Ketahui Alasannya!
Penulis jurnal sendiri menyarankan untuk temuan ini perlu dilanjutkan ke penelitian in vitro, in vivo, dan validasi pengujian klinis. "In particular, the repurposing of linagliptin, and caffeine are recommended for Covid-19 treatment after in vitro, in vivo and clinical trial validation," demikian tertulis dalam jurnal.
Jadi, hasil penelitian ini tidak bisa langsung ditelan bulat-bulat maupun dijadikan pegangan untuk mengonsumsi kopi dengan tujuan khusus mencegah infeksi Covid-19.
Sebab meski potensial, saat ini temuan soal kafein ini belum sampai tahap uji klinis atau dicobakan ke manusia.
Namun di sisi lain, kafein yang terkandung dalam secangkir kopi memang dikaitkan dengan sederet manfaat kesehatan. Mulai penurunan gula darah, kesehatan hati yang lebih baik, memori yang lebih tajam, perlindungan terhadap pengembangan demensia, dan bahkan mungkin umur keseluruhan yang lebih lama.