Anak Akan Sekolah Tatap Muka, IDAI Minta Orangtua Pertimbangkan Ini

Kamis, 03 Desember 2020 | 16:25 WIB
Anak Akan Sekolah Tatap Muka, IDAI Minta Orangtua Pertimbangkan Ini
Ilustrasi Sekolah Tatap Muka. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A(K), memberikan rekomendasi dan beberapa hal yang harus dipertimbangkan orangtua apabila ingin mengirimkan anaknya kembali mengikuti sekolah tatap muka.

Hal pertama yang harus dilakukan orangtua, bangun pemahaman jika belajar dari rumah lebih aman untuk anak, dan demi mencegah penularan Covid-19 yang lebih luas ke masyarakat.

"Ini harus disampaikan pertimbangan, orangtua harus paham sebaiknya tetap mendukung kegiatan belajar dari rumah, baik sebagian ataupun sepenuhnya," ujar dr. Aman dalam acara konferensi pers, Kamis, (3/12/2020).

Selain itu orangtua juga harus bisa melihat dan memastikan jika pembelajaran tatap muka lebih dibutuhkan anak. Pastikan juga anak mendapat manfaat lebih besar saat belajar tatap muka dilakukan. Jangan sampai manfaat yang didapatkan anak justru lebih sedikit dibanding tingginya risiko tertular Covid-19.

Untuk itu, dr. Aman meminta orangtua mempertimbangkan beberapa hal berikut menjelang anak sekolah tatap muka.

1. Apakah anak-anak sudah mampu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan baik?

"Orangtua saja masih banyak yang memakai masker di bawah hidung," celetuk dr. Aman.

2. Apakah anak masih sangat memerlukan pendampingan orangtua saat sekolah? Bila masih, maka sebaiknya anak masih belajar dari rumah saja.

3. Apakah anak memiliki kondisi komorbid yang dapat meningkatkan risiko sakit parah apabila terkena Covid-19? Bila ada, sebaiknya anak belajar dari rumah.

Baca Juga: Rencana Sekolah Tatap Muka Mulai Januari 2021, Apa Kata Guru dan Orangtua?

"Sebagaimana kita tahu anak ini ada komorbid, tolong diskusikan dengan semua dokter anaknya. Kita tahu banyak anak hidup dengan keterbatasan, atau penyakit kronis dan lain-lain," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI