Awas, Kebanyakan Makan Pasta dan Roti Bisa Merusak Otak

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 02 Desember 2020 | 13:25 WIB
Awas, Kebanyakan Makan Pasta dan Roti Bisa Merusak Otak
Ilustrasi makan pasta. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selama ini roti dan pasta mungkin menjadi pilihan lain untuk dikonsumsi selain nasi. Tapi, mulai sekarang sebaiknya harus lebih hati-hati.

Dilansir dari Daily Star, dokter menyatakan bahwa roti dan pasta bisa merusak otak manusia. Reaksi negatif terhadap gluten bisa menyebabkan pusing dan membuat sebagian orang kikuk.

Kondisi di balik masalah ini dikenal sebagai gluten ataksia. Reaksi ini terjadi ketika sistem kekebalan Anda bereaksi buruk terhadap gluten yang ditemukan dalam roti, pasta, bir, dan sereal.

Penyakit tersebut dapat menyebabkan sistem kekebalan menyerang bagian otak. Pada kasus yang parah, penderita mungkin mengalami gejala yang mirip dengan stroke seperti kesulitan berjalan, berbicara, dan kelumpuhan.

Baca Juga: Resep Risol Mayo Roti Tawar, Simpelnya Kebangetan

Ilustrasi roti. (Pixabay/Congerdesign)
Ilustrasi roti. (Pixabay/Congerdesign)

Jika tidak ditangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.

Lorraine, 65, yang menderita gluten ataksia menjelaskan bahwa terkadang penyakit itu membuatnya merasa "kehilangan akal sehatnya".

Dokter merasa sulit untuk mengetahui diagnosisnya. Berbicara kepada The Mail pada hari Minggu, Lorraine berkata bahwa mulanya ia didiagnosis mengalami menopause.

"Saya dirujuk ke ahli saraf, yang melakukan tes untuk dugaan stroke, tetapi hasilnya normal."

Tapi karena semakin memburuk, Lorraine akhirnya dirujuk ke Ahli Saraf. Profesor Marios Hadjivassiliou di Sheflied Ataxia Center mendiagnosisnya dan solusinya sederhana.

Baca Juga: Geliat Industri Roti Rumahan yang Bangkit di Tengah Pandemi

Selama Lorraine mengikuti diet bebas gluten, dia tidak akan membutuhkan pengobatan lain. Sayangnya, pria berusia 65 tahun itu mengalami efek jangka panjang seperti bicara cadel.

Gluten ataksia terkait dengan penyakit celiac - penderita 16 kali lebih mungkin mengembangkan kondisi tersebut karena diyakini disebabkan oleh kesalahan genetik yang sama.

Prof Hadjivassiliou mengklaim bahwa masalah utama pengobatan adalah pasien dirujuk kepadanya setelah terlalu lama - upaya terakhir ketika dokter tidak mengetahui diagnosisnya.

Jadi, saat ini kerusakan permanen sudah sering terjadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI