Suara.com - Hingga kini, vaksin Covid-19 masih menjadi salah satu cara yang dianggap efektif untuk menghentikan pandemi. Peneliti di seluruh dunia juga masih terus berusaha untuk mencari vaksin yang efektif.
Meski demikian, ternyata tidak semua masyarakat, khususnya di Indonesia yang setuju bahwa vaksin mampu melindungi diri dari virus corona. Sebanyak 16 persen masyarakat di Indonesia mengaku menolak vaksin Covid-19.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir.
Ia mengungkapkan mengatakan bahwa menurut data-data survei terakhir yang didapatkan, sekitar 66 persen rakyat Indonesia percaya vaksin dan mau divaksinasi Covid-19.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Bantul Melesat, RS Rujukan Alami Krisis Tempat Tidur
"Namun ada juga yang 16 persen tidak mau divaksin, kita juga tidak memaksakan," katanya dalam seminar online di Jakarta, Selasa, (1/12/2020).
Vaksin ini tentunya diharapkan untuk menekan penularan Covid-19 yang terus terjadi dan menekan angka kematian.
"Kalau ditanya apakah vaksin COVID-19 yang akan tersedia berkualitas, Pemerintah menggunakan vaksin-vaksin yang dibeli berdasarkan sesuai standar WHO, yang sudah melalui uji klinis, dan KPCPEN pun terbuka kepada MUI, BPOM, semua pihak kita libatkan. Keamanan untuk rakyat Indonesia adalah yang utama," ujar Erick.
Erick juga berjanji untuk memastikan keamanan proses pembuatan vaksin dari awal hingga akhir. Ia akan memastikan vaksin tersebut dilengkapi barcode yang menyimpan data mengenai siapa saja yang akan divaksinasi.
"Seperti pemilu dalam satu kotak sudah ada nama dan alamatnya, karena memang penyuntikan vaksin ini dilakukan sebanyak dua kali," ujarnya.
Baca Juga: Ruang Penyimpanan Vaksin Covid-19 di RSUD Kabupaten Tangerang