Suara.com - Pemakaian masker kini adalah hal wajib demi memutus rantan penularan virus corona Covid-19. Hal ini memicu studi yang mengeksplorasi fisika penggunaan masker wajah dan penularan penyakit, serta penyelidikan bahan, desain, dan masalah lain yang memengaruhi cara kerja masker wajah.
Dalam Physics of Fluids, oleh AIP Publishing, para peneliti mengamati tentang cara masker wajah menyaring atau memblokir virus corona Covid-19. Mereka juga merangkum masalah desain yang masih perlu ditangani.
Salah satu aspek kunci dari fungsi masker wajah melibatkan ukuran tetesan cairan yang dikeluarkan dari hidung dan mulut saat seseorang berbicara, bernyanyi, bersin, batuk, atau bahkan sekadar bernapas. T
etesan yang lebih besar, dengan ukuran sekitar 5-10 mikron, adalah yang paling umum. Namun, tetesan ini masih cukup kecil. Sebagai perbandingan, rambut manusia berdiameter sekitar 70 mikron, demikian dilansir dari Science Daily.
Baca Juga: Pecah Rekor Baru Lagi, Kasus Corona Indonesia Hari Ini Tambah 6.267
Tetesan yang lebih kecil lagi, di bawah 5 mikron, mungkin lebih berbahaya. Ini bisa menjadi aerosol dan tetap melayang di udara untuk waktu yang lama. Di antara banyak jenis masker yang digunakan (masker kain, masker bedah, dan masker N95), hanya N95 yang dapat menyaring tetesan berukuran aerosol.
Tak hanya menyorot soal besar tetesan pernapasan, durasi pemakaian masker pun perlu diperhatikan. Kinerja masker wajah yang dikenakan selama berjam-jam, seperti oleh tenaga kesehatan memengaruhi seberapa efektif pemakaian masker secara keseluruhan. Terlebih jika digunakan di lingkungan yang panas dan lembap.
Para peneliti menemukan masker wajah yang terbuat dari bahan polimer hibrid dapat menyaring partikel dengan efisiensi tinggi sekaligus mendinginkan wajah. Serat yang digunakan dalam topeng khusus ini transparan terhadap radiasi infra merah, memungkinkan panas keluar dari bawah topeng.
"Mungkin ada beberapa hubungan antara hambatan pernapasan dan hambatan aliran masker wajah yang perlu dipelajari untuk interval pemakaian masker wajah," kata penulis Heow Pueh Lee.
"Selain itu, kondisi lingkungan di ruang kompartemen di dalam masker wajah perlu diukur dengan lebih akurat menggunakan sensor miniatur dan pengembangan replika manusia untuk penelitian semacam itu."
Baca Juga: KBRI Kuala Lumpur Ditutup, Ada Staf Positif Corona
Para peneliti juga meninjau studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa penggunaan masker wajah yang efisien secara konsisten, seperti masker bedah, dapat memberantas pandemi jika setidaknya 70% penduduk menggunakan masker tersebut di depan umum secara konsisten.
"Masker kain yang kurang efisien juga bisa memperlambat penyebaran jika dipakai secara konsisten," kata penulis Sanjay Kumar.