
Saat itu Dina terkejut sekaligus senang karena akan segera bertemu anaknya. Ia pun menginap di rumah sakit dan semakin semangat melakukan segala hal yang bisa memicu pembukaan untuk mendukung persalinan normal berjalan lancar.
Malam harinya, pembukaan Dina tak kunjung bertambah. Ia juga menolak ketika dokter menawarkan induksi dan memilih tidur sampai pagi sambil berdoa serta minum air zam-zam.
Tapi, pembukaannya tetap tidak bertambah di pagi harinya hingga ingin pulang. Dokter pun langsung menyarankannya operasi caesar demi keselamatan bayinya. Di sisi lain, ketubannya sudah di bawah 5 persen.
Dina menangis sejadi-jadinya hingga berani memutuskan untuk operasi caesar, karena detak janinnya juga sudah tidak stabil. Dalam waktu kurang 3 jam, Dina menenangkan diri dengan bantuan bidan praktisi yoganya dan keluarganya.
"Sebelum operasi, saya dan suami menangis bersama. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya, saya minta maaf jika selama ini mungkin saya telah menjadi istri yang durhaka," ujarnya.
Singkatnya, Dina mengalami postpartum depression setelah melahirkan anaknya secara caesar. Masalah mental yang dihadapi Dina kala itu tentu berbeda dengan baby blues yang biasa dialami ibu setelah melahirkan.
Postpartum depression membuat Dina merasa pandangannya melemah, kosong, dan semuanya terasa bagaikan mimpi. Bahkan ia sempat ingin menyayat nadi di tangannya menggunakan silet, tetapi kejadian itu berhasil dicegah oleh kakaknya.
Dina pun disarankan minum obat pengering jahitan dan obat peredam depresi, tapi ia menolak semuanya demi ASI sang buah hati.
"Saya membayangkan membanting anakku sendiri. Saya tak mampu sekadar memeluk bayi yang baru saya lahirkan, rasanya sakit sekali," katanya.
Baca Juga: Mengenal Bipolar II Mariah Carey, Bagaimana Gejala Umumnya?
Tak hanya itu, depresi pasca persalinan ini juga membuat Dina sempat bisu satu hari dan amnesia total beberapa saat. Dina bahkan menolak suami dan anaknya karena merasa belum pernah menikah.