Studi: Risiko Kematian Pasien Covid-19 Meningkat saat Kadar Gula Darah Naik

Sabtu, 28 November 2020 | 13:50 WIB
Studi: Risiko Kematian Pasien Covid-19 Meningkat saat Kadar Gula Darah Naik
Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian baru menemukan bahwa orang dengan kadar gula darah tinggi memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian akibat Covid-19. Kondisi ini bahkan bisa terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat diabetes.

Melansir dari Medical News Today, penemuan ini menunjukkan perlunya pemeriksaan glukosa darah secara dini pada orang dengan infeksi SARS-CoV-2. Hasil studi telah diterbitkan dalam jurnal Annals of Medicine.

Kelebihan gula darah dikaitkan dengan diabetes tipe 2 yang jadi faktor risiko utama keparahan dan kematian Covid-19, tim peneliti di Spanyol menyelidiki apakah kadar gula darah tinggi saja berkorelasi dengan kematian terkait Covid-19.

Para peneliti menemukan bahwa kadar gula darah tinggi dikaitkan dengan pria yang lebih tua dengan riwayat diabetes, hipertensi, atau kondisi kesehatan lainnya. Tim juga mengamati peningkatan kadar penanda peradangan pada pasien Covid-19 dengan kadar gula darah tinggi.

Baca Juga: Analis: Apa Sulitnya RS UMMI Jelaskan Habib Rizieq Positif atau Negatif

Salah satu temuan paling menonjol adalah ketika kadar gula darah meningkat, risiko kematian akibat Covid-19 juga meningkat. Hubungan ini tidak dipengaruhi oleh riwayat diabetes.

Ilustrasi pasien covid-19 mengalami koma. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien covid-19 mengalami koma. (Shutterstock)

Dari 11.312 pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini, 2.289 atau 20,2 persen meninggal karena Covid-19. Di antara kelompok ini, 41,1 persen memiliki kadar gula darah sangat tinggi, sedangkan 15,7 persen memiliki kadar gula darah normal.

Pasien dengan kadar gula darah yang sangat tinggi dirawat di rumah sakit sedikit lebih lama daripada pasien dengan kadar gula darah normal. Mereka juga membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif dan ventilasi yang lebih invasif atau non-invasif.

“Di sisi lain, peneitian kami adalah pengujian pada kelompok terbesar yang tersedia untuk pasien tidak sakit kritis, pasien rawat inap dengan Covid-19 yang dikonfirmasi. Ini mencakup data lebih dari 11.000 pasien saat masuk rumah sakit sebelum memulai pengobatan apapun,” catat para peneliti.

Baca Juga: Rizieq ODP Covid-19, Bima Arya Sesalkan RS Ummi Diam-Diam Tak Koordinasi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI