Studi Shanghai Sebut Virus Corona Berasal dari India, Ilmuwan Bersitegang

Sabtu, 28 November 2020 | 08:51 WIB
Studi Shanghai Sebut Virus Corona Berasal dari India, Ilmuwan Bersitegang
Ilustrasi virus corona (Pixabay/mohamed_hassan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ilmuwan dari China mengklaim bahwa virus corona jenis baru kemungkinan berasal dari India atau Bangladesh, bukan Wuhan.

Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti di Institut Shanghai menunjukkan SARS-CoV-2 berada di anak benua India sebelum wabah Wuhan pada Desember terjadi tahun lalu. Namun, tentu saja, teori ini diperdebatkan.

Penelitian berjudul 'The Early Cryptic Transmission and Evolution of Sars-Cov-2 in Human Hosts’, menantang keyakinan umum di kalangan ilmuwan bahwa virus penyebab Covid-19 tersebut berasal dari pasar hewan laut di Wuhan.

Dilansir The Sun, makalah ini telah terbit di SSRN, platform pracetak dari jurnal medis terkemuka The Lancet pada 17 November lalu.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 Peserta Liga 1 dan Liga 2 Ditanggung LIB

Peneliti mendasarkan hasil makalah ini dari penelitian strain virus di 17 negara berbeda.

Penampilan luar dan dalam virus corona Covid-19 (KAUST Discovery)
Penampilan luar dan dalam virus corona Covid-19 (KAUST Discovery)

Pemimpin studi, Shen Libing, mengklaim pendekatan tradisional untuk melacak asal-usul strain virus corona tidak berhasil karena menggunakan virus kelelawar yang ditemukan di Yunnan, barat daya China, beberapa tahun lalu.

Sebaliknya, mereka menggunakan metode baru yang melibatkan perhitungan jumlah mutasi pada setiap jenis virus.

Mereka mengklaim bahwa strain dengan mutasi paling banyak telah ada untuk waktu yang lebih lama, dan yang mutasi lebih sedikit lebih dekat dengan nenek moyang asli SARS-CoV-2.

Peneliti mengatakan bahwa strain yang paling sedikit bermutasi ditemukan di 8 negara, yaitu Autsralia, Bangladesh, Yunani, Amerika Serikat, Rusia, Italia, dan Republik Ceko.

Baca Juga: Habib Rizieq ODP COVID-19 Usai Kontak dengan Wali Kota Depok

Mereka juga menyatakan bahwa daerah wabah pertama harus memiliki keragaman genetik terbesar, seperti di India dan Bangladesh.

Menurut peneliti, populasi di India, cuaca ekstrim, dan kekeringan, menciptakan kondisi yang diperlukan virus untuk berpindah ke manusia.

"Baik informasi geografis strain yang paling sedikit bermutasi dan keanekaragaman strain menunjukkan bahwa anak benua India mungkin menjadi tempat di mana penularan SARS-CoV-2 manusia ke manusia yang paling awal terjadi, yaitu tiga atau empat bulan sebelum wabah Wuhan," tulis peneliti.

Penampakan Saluran Napas Manusia yang Dipenuhi Virus Corona. (The New England Journal of Medicine/Live Science)
Penampakan Saluran Napas Manusia yang Dipenuhi Virus Corona. (The New England Journal of Medicine/Live Science)

Mengetahui hal ini, ilmuwan India menantang temuan studi Shanghai ini. Mukesh Thakur, seorang ahli virologi yang bekerja dengan pemerintah India, mengatakan bahwa kesimpulan studi adalah salah tafsir.

Di sisi lain, Dan Marc Suchard, profesor dalam genetika manusia dan biostatistik di UCLA, mengatakan koleksi acak (teknik yang digunakan pada studi Shanghai) dari strain virus yang digunakan tidak mungkin menghasilkan pengetahuan tentang virus nenek moyang.

"Metode itu sangat menjanjikan, tetapi terlihat dengan ketidakpastian yang cukup besar," kata Suchard.

Menanggapi kritikan dari para ahli yang lain, Shen menyambut baik pemeriksaan makalahnya.

"Hanya dengan melakukannya, barulah dapat disangkal atau diterima dengan benar," tandas Shen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI