Suara.com - Beberapa ilmuwan meragukan hasil studi vaksin Covid-19 dari Oxford dan AstraZeneca yang menunjukkan 90% efektif pada subkelompok peserta percobaan yang, karena kesalahan pada awalnya, menerima setengah dosis diikuti dosis penuh.
"Kami harus menunggu data lengkap dan melihat bagaimana regulator (dari AS dan Eropa) menilai hasilnya yang mungkin akan menjadi pandangan berbeda," jelas Peter Openhaw, profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London, dilansir The Daily Star.
Pertanyaan rumit tentang tingkat keberhasilan yang diajukan para ilmuwan ini menurut beberapa ahli dapat menghalangi peluang produsen untuk mendapatkan persetujuan peraturan AS dan UE secara cepat.
Hal yang menjadi perhatian utama adalah bahwa hasil percobaan paling menjanjikan 90% berasal dari analisis subkelompok, teknik yang menurut banya ilmuwan dapat menghasilkan pembacaan palsu.
Baca Juga: Nekat Jenguk Pasien Covid-19, Dua Guru di Tangerang Positif Corona
"Analisis subkelompok dalam uji coba terkontrol secara acak selalu penuh dengan kesulitan," kata Paul Hunter, seorang profesor kedokteran di Universitas East Anglia Inggris.
Menurutnya, analisis dengan teknik tersebut meningkatkan risiko 'kesalahan tipe 1', yang maksudnya di mana intervensi dianggap efektif padahal tidak.
Alasannya, jumlah peserta sangat berkurang dalam satu subkelompok. Jadi, lebih sulit untuk yakin bahwa sebuah temuan tidak hanya karena perbedaan atau kesamaan kebetulan di antara peserta.
Hunter mengatakan untuk memercayai hasil dari analisis subkelompok harus cukup mendapat dukungan dengan sejumlah besar sukarelawan.
Diketahui hanya 2.741 sukarelawan dalam subkelompok yang memberikan pembacaan efektivitas 90%, hanya sebagian kecil dibanding sukarelawan dalam vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna.
Baca Juga: Terus Melonjak, 34 Orang Kini Jalani Karantina Covid-19 di Natuna