Suara.com - Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, mengembuskan napas terakhir pada Rabu (25/11/2020) akibat henti jantung. Henti jantung yang dialami oleh legenda sepak bola tersebut biasanya disebut dengan cardiac arrest atau sudden cardiac arrest (SCA).
Melansir dari Healthline, penyebab utama dari henti jantung secara mendadak adalah adanya masalah pada sistem elektrik di dalam organ jantung. Detak jantung dikendalikan oleh impuls listrik. Saat impuls ini berubah pola, detak jantung menjadi tidak teratur sementara henti jantung terjadi saat ritme jantung berhenti.
Kondisi jantung dan faktor kesehatan tertentu dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Berikut beberapa faktor risiko henti jantung mendadak, antara lain:
1. Penyakit jantung koroner
Baca Juga: Diego Maradona Meninggal Dunia, Intip Jejak Karier Sang Legenda Sepakbola
Jenis penyakit jantung ini dimulai di arteri koroner. Arteri ini memasok otot jantung itu sendiri. Ketika mereka tersumbat, jantung tidak menerima darah dan membuat jantung verdetak tak beraturan.
2. Katup Jantung Tidak Teratur
Penyakit katup jantung tidak teratur dapat membuat katup jantung bocor atau menyempit. Ini berarti darah yang bersirkulasi melalui jantung membebani ruang-ruang dengan darah atau tidak memenuhi kapasitasnya. Ruang ini bisa menjadi lemah atau membesar.
3. Penyakit Jantung Bawaan
Beberapa orang terlahir dengan kerusakan jantung yang dikenal dengan masalah jantung bawaan. Henti jantung mendadak dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan masalah jantung yang serius.
Baca Juga: Sebelum Meninggal, Maradona Ingin Berlibur ke Bali
4. Masalah Impuls Listrik
Masalah dengan sistem kelistrikan jantung dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Masalah-masalah ini dikenal sebagai kelainan irama jantung primer.
5. Faktor Risiko Lain
Beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan henti jantung, antara lain:
- Merokok
- Gaya hidup menetap atau kurang gerak
- Tekanan darah tinggi
- Kegemukan
- Riwayat keluarga penyakit jantung
- Riwayat serangan jantung sebelumnya
- Usia di atas 45 tahun untuk pria atau di atas 55 tahun untuk wanita
- Laki-laki lebih berisiko
- Penyalahgunaan zat
- Kalium atau magnesium rendah