Diego Maradona Meninggal akibat Henti Jantung, Kenali Apa Saja Gejalanya

Kamis, 26 November 2020 | 11:10 WIB
Diego Maradona Meninggal akibat Henti Jantung, Kenali Apa Saja Gejalanya
Dalam foto file ini diambil pada tanggal 29 Juni 1986 kapten tim bintang sepak bola Argentina Diego Maradona mengangkat Piala Dunia. [STAF / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona mengembuskan napas terakhir pada Rabu (25/11/2020). Menurut pernyataan pengacaranya, Maradona meninggal akibat henti jantung pada usia 60 tahun.

Henti jantung yang dialami oleh legenda sepak bola tersebut biasanya disebut dengan cardiac arrest atau sudden cardiac arrest (SCA). Kondisi ini membuat jantung dapat tiba-tiba berhenti berdetak.

Henti jantung bisa menyerang tiba-tiba yang mengakibatkan tak sadarkan diri hingga berhenti bernapas. Melansir CNN, penyebab utama dari henti jantung secara mendadak adalah adanya masalah pada sistem elektrik di dalam organ jantung. J

Melansir dari Mayo Clinic, henti jantung berbeda dengan serangan jantung yang terjadi akibat aliran darah ke bagian jantung tersumbat. Namun, serangan jantung terkadang dapat memicu gangguan listrik yang menyebabkan henti jantung mendadak. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kematian.

Baca Juga: Maradona Meninggal, Sempat Kirim Pesan ke Prabowo: Anda Harus Menang

Diego Maradona dan Lionel Messi. [Dok. Facebook Lionel Messi]
Diego Maradona dan Lionel Messi. [Dok. Facebook Lionel Messi]

Oleh karena itu, berikut beberapa gejala henti jantung, antara lain:

  • Pingsan tiba-tiba
  • Tidak ada denyut nadi
  • Tidak bernapas
  • Hilang kesadaran

Selain beberapa gejala di atas, terkadang ada tanda dan gejala lain muncul sebelum henti jantung mendadak, antara lain:

  • Ketidaknyamanan di area dada
  • Sesak napas
  • Rasa lemah
  • Palpitasi

Meskipun begitu, henti jantung cenderung lebih sering muncul tanpa peringatan atau tanda. 

Dengan perawatan medis yang cepat dan tepat, kelangsungan hidup bagi penderita henti jantung masih memungkinkan. Pemberian resusitasi kardiopulmoner (CPR), menggunakan defibrilator atau bahkan hanya memberikan kompresi pada dada berpotensi dapat meningkatkan peluang bertahan hidup.

Baca Juga: Pemilik 'Tangan Tuhan' Itu Telah Pergi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI