Suara.com - Kabar duka datang dari dunia sepakbola. Pesepakbola legendaris asal Argentina Diego Maradona meninggal dunia di usia 60 tahun.
Dilansir dari BBC, Maradona wafat akibat henti jantung mendadak (HJM). Mantan pemain Napoli itu menghembuskan napas terakhir di rumahnya, Rabu (25/11/2020) malam WIB.
Perlu diketahui juga, henti jantung ini merupakan kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Kondisi itu biasa disebut sebagai cardiac arrest atau sudden cardiac arrest (SCA).
Umunya hal ini terjadi saat penderita kesulitan menerima pasokan darah cukup pada organ vital seperti otak. Akibatnya, seseorang susah bernapas dan kehilangan kesadaran. Dalam kondisi parah, keadaan ini bisa menimbulkan risiko kematian tinggi jika tidak ditangani secara cepat.
Baca Juga: Diego Maradona Meninggal, Napoli Diminta Ganti Nama Stadion
Henti jantung mendadak ini juga bisa disebabkan karena gangguan irama jantung, yakni penyakit ventrikel fibrilasi. Kondisi ini tentunya berbeda dengan serangan jantung yang biasanya disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah.
Dilansir dari Alodokter, ventrikel fibrilasi merupakan gangguan irama jantung yang membuat ventrikel jantung hanya bergetar dan bukan berdenyut untuk memompa darah.
Sehingga keadaan inilah yang menyebabkan jantung bisa berhenti secara mendadak. Kondisi jantung berhenti mendadak ini bisa terjadi pada siapa saja. Seseorang juga bisa mengalami kondisi cardiac arrest akibat penyakit jantung yang belum terdiagnosis.
Adapun, umumnya faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko henti jantung, di antaranya adalah:
- Memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluar
- Sering merokok
- Tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi
- Mengalami obesitas
- Gaya hidup tidak sehat seperti jarang olahraga dan jarang bergerak, serta ketidakseimbangan nutrisi
- Penyakit gagal ginjal kronis
- Mengonsumsi obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan NAPZA
- Mengalami kondisi sleep apnea
- Faktor usia. Sudden cardiac arrestatau henti jantung mendadak juga biasanya akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Kondisi henti jantung biasanya terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan. Meski demikian, berikut merupakan tanda atau gejala yang biasanya dirasakan sebelum mengalami kondisi tersebut, yakni:
Baca Juga: Sebelum Wafat, Diego Maradona Sempat 'Diejek' Ronaldo, Ini Videonya
- Sesak napas
- Merasa tidak nyaman pada bagian dada
- Cepat merasa lemas
- Jantung berdebar dengan cepat
- Kehilangan kesadaran tiba-tiba
Henti jantung memang merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani segera. Oleh karena itu, jika sudah mengalami beberapa gejala awal yang sudah disebutkan, jangan ragu untuk segera menghubungi dokter.
Segera lakukan tindakan pertolongan pertama jika Anda melihat seseorang yang mengalami tanda henti jantung seperti kesulitan bernapas dan tidak sadarkan diri. Beberapa upaya pertolongan yang bisa dilakukan adalah:
Hubungi paramedis
Periksa denyut nadi di leher. Saat denyut tidak terasa, lakukan pertolongan cardiopulmonary resuscitation (CPR). Apabila tidak bisa melakukan CPR, cari seseorang yang mampu melakukannya.
Jika tersedia, gunakan alat defibrillator atau alat kejut jantung otomatis sesuai petunjuk.
Henti jantung mendadak ini kerap disebut juga sebagai silent killer. Pasalnya, kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, baik mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung maupun tidak. Meski demikian, bukan berarti kondisi ini tidak dapat dicegah. Berikut cara mencegahnya, yakni:
- Biasakan rutin olahraga dan menggerakkan tubuh. Minimal, jalan-jalan atau pun jogging di sekitar rumah pada pagi hari.
- Mengonsumsi makanan bernutrisi dan pastikan gizi tubuh seimban
- Hindari rokok, minumam beralkohol, dan obat-obatan terlarang
- Batasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak.
- Jaga berat badan
- Terapkan upaya mengelola stres dengan baik
Jangan lupa, lakukan juga pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter agar kondisi kesehatan Anda bisa selalu terjaga dengan baik dan membuat Anda kini lebih waspada dengan kondisi tersebut.