Mengenal Tes Isotermal Molekular Covid-19, Punya Sensitivitas 95 Persen

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 23 November 2020 | 17:10 WIB
Mengenal Tes Isotermal Molekular Covid-19,  Punya Sensitivitas 95 Persen
Ilustrasi Tes Swab [Suara.com/Wivy Hikmatullah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tes yang masif dan menyeluruh menjadi kunci efektif mengendalikan pandemi Covid-19. Artinya semakin cepat pasien terindentifikasi dan tertangani, semakin cepat penanganan untuk memutus penularan.

Tapi sayangnya, angka untuk tes Covid-19 di Indonessia masih realtif rendah. Oxford University’s Our World in Data yang merilis data tes harian per 1.000 orang menunjukkan bahwa per 17 November 2020 Indonesia telah menguji 0.12 orang per 1.000 setiap harinya selama rata-rata 7 hari.

Angka ini masih sangat kecil dibandingkan dengan negara lainnya di Asia, seperti Filipina 0.25 per 1.000, Malaysia 0.55 per 1.000, dan India 0.72 per 1.000.

Baru-baru ini sebuah tes molekuler isotermal dihadirkan SIloam Hospital di Indonesia. Dalam keterangan yang diterima Suara.com, Senin, (23/11/2020), disebutkan bahwa tes molekuler isotermal merupakan metode terbaru deteksi Covid-19 dengan performa tinggi.

Baca Juga: Terbit Corona di Petamburan, Tsamara Kritik Keras Kepala Daerah: Memalukan

Prof Siti Boedina. (Dok: Istimewa)
Prof Siti Boedina. (Dok: Istimewa)

Pengumpulan sampel untuk tes ini dilakukan melalui usapan (swab) nasofaring, dimana metode tes molekuler isotermal menggunakan amplifikasi asam nukleat isotermal. Tes ini dapat menghasilkan waktu proses pemeriksaan lebih singkat dengan sensitivitas hasil tes 95.0 persen dan spesifisitas 97.9 persen.

Menanggapi hal ini, pakar patologi klinis Universitas Indonesia (UI), Prof. Siti Boedina menjelaskan bahwa PCR terbagi dua, yakni tes molekuler isotermal dan RT-PCR.

RT-PCR mendeteksi protein virus. Secara umum, dua-duanya mendeteksi materi virus.

“Tes ini (tes molekuler isotermal) mendeteksi DNA virus,” papar Prof. dr. Siti Boedina Kresno, Sp. PK (K) pakar patologi klinis Universitas Indonesia (UI).

Ia menjelaskan, tes molekuler isotermal, memiliki alat yang sederhana dan bisa dibawa ke mana-mana. Selain itu, pemeriksaannya juga tak butuh proses lama.

Baca Juga: Studi Oxford: Orang Tak akan Terinfeksi Virus Corona Ulang dalam 6 Bulan

"Hanya sekitar 30 menit, sudah ada hasil yang bisa dijadikan pegangan soal kondisi kesehatan seseorang", tutur Prof. dr. Siti Boedina Kresno, Sp. PK (K), yang juga merupakan Konsultan Laboratorium di Siloam Hospitals ini menuturkan.

Selain digunakan untuk pasien dengan onset gejala kurang dari tujuh hari, tes ini sangat sesuai digunakan untuk kasus gawat darurat di IGD, tindakan operasi yang harus segera dilakukan, serta rawat inap.

Dengan sifatnya yang portabel atau mudah dibawa, layanan tes molekuler isotermal pun tidak terbatas hanya di lingkungan rumah sakit saja.

“Bagi masyarakat yang sudah mulai berkegiatan dengan jumlah peserta terbatas, misalnya acara resepsi pernikahan, pertemuan sosial atau kantor, layanan tes ini juga dapat digunakan," tambah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI