Suara.com - Bagi kebanyakan pria, ejakulasi identik dengan mengalami orgasme meskipun beberapa pria bisa mengalaminya tanpa ejakulasi.
Ejakulasi mengandung cairan dari prostat, vesikula seminalis dan kelenjar bulbourethral. Meskipun mengandung berbagai macam zat, termasuk asam sitrat, kolestero, lendir dan air tapi tugas utamanya tetap menghasilkan sperma.
Penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pria ejakulasi bisa memengaruhi kesehatan, jumlah sperma dan kesejahteraannya secara keseluruhan.
Meskipun tak ada bukti yang mengatakan ejakulasi tidak menyebabkan masalah kesehatan serius, ejakulasi sering bisa mengurangi risiko pria terkena kanker prostat.
Baca Juga: Deteksi Virus Corona Cepat, Liverpool Buat Alat Uji Mirip Tes Kehamilan
Banyak pria mungkin bertanya-tanya mengenai perilaku seksual mereka. Mereka mungkin takut tidak melakukan hubungan seks, ejakulasi atau masturbasi sebanyak pria lainnya.
Faktanya dilansir dari Medical News Today, tidak ada frekuensi normal bagi pria untuk ejakulasi. Frekuensi ejakulasi rata-rata bervariasi karena dipengaruhi banyak faktor, yakni faktor usia, kesehatan dan status hubungan.
Menurut Studi Eksplorasi Seksual di Amerika 2015, hubungan seks dengan pasangan dan ejakulasi biasanya paling sering terjadi di usia 25-29 tahun, dengan 68,9 persen melaporkan hubungan seksual melalui vagina selama sebulan terakhir.
Banyaknya ejakulasi itu turun sedikit menjadi 63,2 persen ketika mereka berusia 30 tahun dan terus menurun seiring bertambahnya usia.
Penelitian dalam Journal of Sexual Medicine menemukan bahwa masturbasi adalah hal biasa bagi pria. Pria dari semua kelompok umur mengaku masturbasi dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Studi Gerogia: Suntikan MMR Bisa Bantu Perlambat Penyebaran Virus Corona
Masturbasi solo lebih umum daripada seks berpasangan selama masa remaja dan mereka yang berusia 70 tahun. Masturbasi berpasangan paling tinggi di antara usia 30-39 tahun.
Tidak ada pedoman yang menyebutkan frekuensi ideal pria untuk ejakulasi, baik sendiri maupun dengan pasangan. Tapi, ada sebuah mitos bahwa masturbasi secara teratur berbahaya.
Menurut Planned Parenthood, tidak ada bukti bahwa seringnya masturbasi akan berbahaya. Demikian pula, kebanyakan orang menganggap bahwa sering melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak berbahaya.
Terutama bila mereka saling merasa nyaman dengan tindakannya, menghindari aktivitas seksual yang menyebabkan nyeri dan mengadopsi strategi seks yang lebih aman.
Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa pria yang ejakulasi setiap hari selama 14 hari mengalami sedikit penurunan jumlah sperma. Tapi, penurunan itu tidak menyebabkan jumlah sperma turun di bawah ambang batas normal.
Selain itu, seringnya ejakulasi tidak memengaruhi ukuran kesehatan sperma lainnya, seperti motilitas dan morfologi sperma.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science menemukan bahwa pasangan yang berhubungan seks setidaknya setiap minggu mengaku lebih bahagia dengan hubungannya.
Lalu, lebih sering berhubungan seks tidak meningkatkan kepuasan hubungan tapi juga tidak menyebabkan penurunan gairah seksual.